Logo

Tetap Perketat Prokes saat Beribadah Haji

Reporter:

Kamis, 29 May 2025 06:00 UTC

Tetap Perketat Prokes saat Beribadah Haji

Infografis Pemicu Pneumonia pada Jemaah Haji. Grafis: Hamdan Muafi

JATIMNET.COM – Ibadah haji jadi idaman bagi setiap muslim. Rukun Islam kelima ini jadi cita-cita muslim.

Meski mereka tidak mampu secara ekonomi, namun mereka secara konsisten menabung meski harus menunggu belasan atau bahkan puluhan tahun.

Meskipun dalam syariat hanya diwajibkan bagi mereka yang mampu, mereka yang kehidupan ekonomi terbatas tetap bisa menabung hingga mendapat kursi sebagai calon jemaah haji.

Keutamaan dan pahala berhaji menjadi idaman bagi setiap muslim.

Namun, di balik pahala ibadah haji dan antusias muslim dari golongan mampu maupun tidak mampu, tetap harus menjaga kesehatan dan keselamatan jiwa selama menjalankan rangkaian ibadah haji, di antaranya tawaf atau mengelilingi Ka'bah, sai atau berlari dari bukit Safa dan Marwah, wukuf di Arafah, dan jumrah atau melempar batu.

BACA: Jemaah Haji Dilarang Bawa Barang Tertentu Saat Terbang, Apa Itu?

Selain menata niat dan menjaga hati, haji adalah ibadah yang juga mengandalkan kekuatan fisik.

Sebab, semua rangkaian ibadah haji dilakukan dengan gerak yang menguras tenaga baik berjalan hingga berlari kecil, kecuali bagi yang sakit bisa ditandu atau didorong dengan kursi roda.

Selain membutuhkan olah gerak yang menguras tenaga, jemaah haji juga menghadapi tantangan cuaca di Makkah dan Madinah yang bisa di atas 40 derajat celcius.

Bagi warga negara yang tidak terbiasa cuaca panas termasuk warga negara Indonesia, hal ini jadi tantangan yang harus dihadapi.

Selain menjaga pasokan cairan pada tubuh, jemaah haji juga harus ketat menerapkan protokol kesehatan, termasuk mengenakan masker, mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun, serta menggunakan hand sanitizer.

Sebab, haji diikuti jutaan muslim dari berbagai negara yang bisa saling berinteraksi satu sama lain. Tawakkal atau berpasrah diri pada Allah itu pasti, namun Allah juga mewajibkan ikhtiar dalam menjaga kesehatan dan keselamatan jiwa termasuk pada jemaah haji.  

Apalagi, kasus Covid-19 di beberapa negara di Asia terutama Singapura, Thailand, dan Hongkong dilaporkan meningkat.

BACA: 99 Jemaah Haji Indonesia Alami Pneumonia, Satu Orang Wafat

Selain itu, hingga 20 Mei 2025, dilaporkan sebanyak 99 jemaah haji Indonesia terserang radang paru-paru (pneumonia) selama menunaikan ibadah di Tanah Suci.

Angka ini menjadi perhatian serius Kementerian Kesehatan karena pneumonia merupakan infeksi saluran pernapasan akut yang dapat berakibat fatal, terutama bagi jemaah dengan kondisi kesehatan yang rentan atau memiliki komorbiditas (penyakit bawaan).

Data yang dihimpun Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) dari Daerah Kerja (Daker) Makkah maupun Madinah per tanggal 20 Mei 2025 hingga pukul 16.00 Waktu Arab Saudi, menunjukkan jemaah yang terserang pneumonia tersebar di berbagai sektor dan kloter.

Mereka saat ini sedang menjalani perawatan intensif di rumah sakit rujukan di Makkah dan Madinah, Arab Saudi.

BACA: Nabung Puluhan Tahun, Pasutri Penjual Pisang Berhak Berangkat Haji

Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) mengidentifikasi beberapa faktor risiko yang bertendensi sebagai pemicu atau pencetus kasus pneumonia di kalangan jemaah haji, antara lain:

1. Suhu panas ekstrem

Berdasarkan data real time KKHI, suhu hari ini di Makkah dan Madinah berkisar antara 41-47 derajat celcius. Suhu udara yang tinggi ini, jika kekurangan asupan cairan dapat menyebabkan dehidrasi yang bisa membuat tubuh lebih rentan terhadap infeksi.

2. Kelelahan fisik

Rangkaian ibadah haji yang padat, dari mulai lamanya perjalanan, umrah wajib hingga puncak di Armuzna, membutuhkan stamina fisik yang kuat, sehingga kelelahan dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh.

3. Keramaian massa

Penularan penyakit dengan kepadatan jemaah haji hingga jutaan orang dapat meningkatkan risiko penularan virus atau bakteri penyebab pneumonia.

4. Riwayat penyakit penyerta (komorbiditas)

Jemaah dengan riwayat diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung memiliki risiko lebih tinggi.