Logo

SMK Muhammadiyah 5 Gresik Ubah Kotoran Hewan Kurban Jadi Pupuk

Reporter:,Editor:

Minggu, 11 August 2019 09:52 UTC

SMK Muhammadiyah 5 Gresik Ubah Kotoran Hewan Kurban Jadi Pupuk

EKONOMI KREATIF. Siswa membungkus daging kurban yang akan dibagikan ke warga dengan hungkus daun jati yang dimasukkan ke anyaman janur sebagai pengganti plastik, Minggu 11 Agustus 2019. Foto: Agus Salim.

JATIMNET.COM, Gresik – Siswa-siwi SMK Muhammadiyah 5 Gresik memanfaatkan hari raya Iduladha dengan mengolah limbah hewan kurban menjadi pupuk bernutrisi tinggi. Sekolah di Desa Sumurber, Kecamatan Panceng, Gresik Utara itu mengumpulkan limbah atau kotoran sisa hewan kurban menjadi barang yang bermanfaat.

Mulai dari darah, kotoran dari dalam perut hewan, sisa daging, potongan tulang, hingga empedu. Kotoran itu dijadikan EM4 atau dekomposer yang ditambah air cucian beras serta tetes tebu untuk diubah menjadi bahan yang dibutuhkan.

“Semua bahan dicampur, dimasukkan dalam drum, ditutup rapat, dibiarkan selama satu bulan,” terang Rizky Aulia, siswa SMK Mulia (Muhammadiyah Lima) Gresik.

BACA JUGA: Di Gresik, Sebagian Warga Berburu Daging Kurban untuk Dijual

Selama ini, limbah kurban utamanya darah dan kotoran selalu dibuang. Kotoran tersebut, lanjut Rizky kerap mencemari lingkungan. Bahkan kebiasaan masyarakat kerap mencuci daging kurban di sungai.

Hal ini menimbulkan bau yang menggangu. Padahal jika diolah bisa menjadi pupuk yang bernutrisi tinggi dan bermanfaat untuk tanaman. Wilayah Sumurber misalnya, merupakan daerah yang banyak perkebunan.

“Di sisi lain, juga sebagai pembelajaran siswa-siswi tentang pemanfaatan limbah,” Hans Prasetya, guru peternakan SMK Mulia Gresik menjelaskan.

Tidak hanya itu, siswa-siswi SMK Mulia yang juga merupakan santri Pondok Madinatul Ilmi 2 itu juga mampu meminimalisasi sampah plastik dengan mengganti anyaman janur (daun kelapa muda) sebagai pengganti tas plastik.

BACA JUGA: Antara Popok dan Kasus Korupsi

Para santri dalam membagikan daging kurban menggunakan daun jati sebagai bungkus, kemudian ditaruh di wadah (tas) terbuat dari anyaman janur yang dibuat sendiri.

“Di lingkungan pondok banyak tanaman jati dan tanaman kelapa, kami mengajarkan santri agar ramah lingkungan. Mengurangi penggunaan plastik dan keterampil menganyam janur,” ustadzah Ziana Octa Farida, menambahkan.

Salah satu santri Ponpes Madinatul Ilmi 2, Silviana asal Gresik, mengaku senang bisa menganyam janur menjadi wadah yang disebut besek. Dia melakukan aktivitas mulai mencari daun jati dan janur di sekitar ponpes hanya butuh waktu lima jam saja.

“10 menit sudah bisa membuat satu besek, mudah dan gratis. Nanti akan saya ajarkan di keluarga dan masyarakat, ternyata membuat anyaman janur sangat mudah dan ramah lingkungan,” pungkasnya.