Logo

Siswa Ponorogo Sulap Limbah Ampas Jadi Biofoam

Reporter:,Editor:

Rabu, 11 March 2020 05:00 UTC

Siswa Ponorogo Sulap Limbah Ampas Jadi Biofoam

BIOFOAM: Salamah Zukhrufa Jannah (kiri) dan Jananhti Cucu Jayadi (kanan) saat mempraktekan membuat biofoam. Foto: Gayuh

JATIMENET.COM, Ponorogo - Dua pelajar SMA Negeri 3 Ponorogo yaitu Salamah Zukhrufa Jannah dan Jananhti Cucu Jayadi berhasil menyulap limbah ampas ketela dan bonggol jagung menjadi sebuah pembungkus makanan berbahan alami atau yang sering disebut biofoam.

Kedua siswi ini terinpirasi dari banyaknya pencemaran lingkungan oleh pembungkus makanan berbahan sterofoam yang tidak bisa terurai oleh lingkungan. Sehingga sering menumpuk dan bahkan bisa saja meracuni hewan apabila termakan.

“Limbah bonggol jagung seringkali dibuang begitu saja, bahkan ampas ketela terkadang menimbulkan bau tidak sedap jika tidak diolah dengan benar,” kata Salamah Zukhrufa Jannah, Rabu 11 Maret 2020.

BACA JUGA: Kampung Ikan Kerapu Dapatkan Pelatihan Membuat Wayang Berbahan Dasar Botol Plastik

Ia menerangkan pembuatan biofoam ini sangatlah mudah, pertama-tama adalah menghaluskan bahan utama menjadi tepung, yaitu ampas ketela dan bonggol jagung dengan cara diselep. Saat sudah halus dan menjadi tepung keduanya dicampur dan diaduk dengan menambahkan aquades.

“Saat mencampur kedua bahan tersebut ditambah sedikit PVA untuk meningkatkan nilai densitas agar kuat digunakan pembungkus makanan,” terangnya.

Setelah tercampur rata semua bahan tersebut, adonan kemudian diratakan diatas loyang penggorengan yang bentuknya datar. Hal ini dikarena dalam proses pembuatan biofoam seharusnya digunakan alat press bertekanan.

BACA JUGA: Budidayakan Karakter Bertani, Pelajar Gresik Lakukan Bercocok Tanam

“Karena itu kami akali dengan menggorengnya diatas wajan, dimana seharusnya menggunakan alat cetak khusus,” ujarnya.

Salamah menambahkan keunggulan biofoam buatannya adalah lebih mudah terdegradasi oleh lingkungan. Jika biasanya limbah plastik atau sterofoam butuh waktu puluhan tahun untuk terdegradasi lingkungan, biofoam ini hanya butuh hitungan bulan.

Bahkan jika biofoam tersebut termakan oleh hewan ternak mereka yakin tidak akan meracuni ternak. Hal ini terbukti dengan biofoam ini juga disukai oleh semut sehingga aman untuk lingkungan.

“Juga sangat aman untuk digunakan membungkus makanan karena tidak mengandung bahan yang bersifat mutagenik dan karsinogenik,” imbuhnya.

BACA JUGA: Mahasiswa Australia Belajar Wirondan Aksara Jawa

Berkat penelitian kedua siswa kelas XI IPA ini mereka berhasil meraih juara dua nasional dalam ajang Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) yang diadakan di Universitas Muhammadiyah Malang.

Sementara itu Guru Pembimbing LKTI SMAN 3 Ponorogo Siti Nurwaqidah menuturkan jika siswanya ini sempat kesulitan untuk menentukan komposisi antara ampas ketela dan bonggol jagung.

“Setelah beberapa kali percobaan komposisi 50:50 antara bonggol jagung dan ampas ketela adalah yang paling pas dan kuat,” katanya.