Logo

Satu Tahun Daring, Ini Keseruan Hari Pertama Sekolah Tatap Muka

Reporter:,Editor:

Senin, 01 March 2021 05:40 UTC

Satu Tahun Daring, Ini Keseruan Hari Pertama Sekolah Tatap Muka

PEMBELAJARAN TATAP MUKA: Sistem belajar mengajar di SDN Gedongan 1 Kota Mojokerto yang sudah melaksanakan pembelajaran tatap muka denan menerapkan protokol kesehatan, Senin 1 Maret 2021. Foto: Karin

JATIMNET.COM, Mojokerto - Setelah satu tahun melakukan pembelajaran daring atau online, ratusan siswa baik Sekolah Dasar (SD) maupun Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri di Kota Mojokerto terlihat antusias melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM).

Kebahagian pembelajaran offline atau tatap muka di tengah pandemi Covid-19, dirasakan dua siswa Kelas IV SDN Gedongan 1 Kota Mojokerto. Mereka adalah M. Fachri Pratama, dan Cahyadewi Riskaningrum.

"Hampir satu tahun sekolah dari rumah, hari ini seneng banget bisa ketemu teman-teman lagi," ungkap Cahyadewi Riskaningrum, pada jatimnet.com, Senin, 1 Maret 2021.

Selain itu, lanjut Cahya, PTM lebih efektif dibandingkan pembelajaran secara online yang sudah dirasakannya bersama teman-teman lainnya selama satu tahun pelajaran. Lantaran, dengan PTM bisa berinteraksi langsung antara siswa dengan tenaga pengajar.

Baca Juga: Menjelang Sekolah Tatap Muka, 1.572 Guru di Kota Mojokerto akan Divaksin  

"Pelajarannya bisa lebih jelas saat dijelaskan, seperti bisa langsung masuk di otak gitu. Kalau dari HP kurang jelas, soalnya itu tadi, gak dijelaskan gurunya langsung, hanya lewat google trus dikirim. Kalau kaya gini-kan bisa tanya-tanya," bebernya.

Hal sama dirasakan, M. Fachri Pratama siswa berusia 10 tahun ini merasa lebih nyaman melakukan PTM kali ini, dibandingkan pembelajaran secara online. "Pengennya tetap sekolah offline saja, kaya gini. Kalau ketemu-kan enak, bisa langsung tanya gurunya kalau ada materi yang gak bisa," imbuhnya.

Kendati merasa senang bisa kembali bersekolah dan bertemu guru-guru. Siswa-siswi ini, merasa agak kesulitan dengan penerapan protokol kesehatan (prokes) penggunaan masker 3 lapis dan face shild.

Sebab, penggunaan masker dan penutup wajah transparan yang terbuat dari plastik, menjadi salah satu syarat wajib dalam pemberlakukan PTM di lingkungan sekolah yang ada di seluruh wilayah Kota Mojokerto.

Baca Juga: Simulasi Pembelajaran Tatap Muka, Siswa dan Guru Wajib Swab dengan Hasil Negatif

"Cuman agak susah napas aja, agak ngap saja. Soalnya kan harus pakai masker, sama penutup wajah (face shild) ini. Jadi sambil dibuka dikit-dikit, terus minum air putih," ucapnya sambil menyeringai.

Tak berbeda jauh dengan perasaan siswanya, Eva Niko guru siswa kelas IV SDN Gedongan 1 yang sedang hamil ini, sangat merasa bahagia. Bisa kembali bertemu puluhan siswanya yang selama satu tahun hanya bisa melakukan pembelajaran dan aktivitas lain secara tatap muka.

"Kita lebih tau sejauh mana pemahaman anak-anak dalam materi yang disampaikan. Hari ini juga jadi tau keluh kesah mereka dalam pembelajaran daring setahun ini," tandasnya.

Sementara, Kepala Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Gedongan Retno Soenarijati menjelaskan, pihaknya selama PTM ini akan memberlakukan sistem pembagian kelompok menjadi dua dalam satu kelas. Setiap kelompok siswa mulai dari Kelas I hingga Kelas VI, hanya bisa melaksanakan pembelajaran tiga hari dalam sepekan secara bergantian.

Baca Juga: Dindik Jatim Mengeklaim Tidak Ada Penularan di Sekolah Selama Uji Coba Tatap Muka

Selain itu, Kelas I hingga Kelas III hanya mendapatkan dua mata pelajaran sekaligus tanpa ada jeda istirahat. Sedangkan siswa Kelas IV hingga VI mendapatkan tiga mata pelajaran dalam satu harinya.

"Jadi semuanya mendapatkan jumlah hari yang sama, dan pembelajaran sama. Walaupun dibagi menjadi dua kelompok, sesuai aturan isi ruang kelas maksimal hanya 50 persen dari jumlah seharusnya," papar Retno.

Dirinya tak menampik, dari total 193 siswa di lingkungan sekolahnya terdapat 14 wali murid yang hingga kini masih tak mengijinkan anaknya bersekolah secara tatap muka atau offline.

Walaupun pihak sekolah sudah menyiapkan prosedur protokol kesehatan yang sangat ketat. Mulai dari pengecekkan thermogun, cuci tangan, keset dengan disinfektan, handsanitizer, penyekatan meja, hingga persediaan masker.

"Memang masih ada yang menolak PTM, cuman ada 14 wali murid. Alasannya takut corona ini, terus pengen melihat kondisi ke depan seperti apa," tukasnya.

Terkait, adanya belasan wali murid yang masih menginginkan pembelajaran secara daring. Pihaknya tetap melayani pembelajaran  online tersebut, dengan menyediakan kelas online paska pembelajaran offline usai sekitar pukul 10.30 WIB.

"Untuk yang gak setuju, kita akan layani. Dengan menyediakan kelompok kelas online, biar materi pembelajaran tetap tersampaikan dengan merata," pungkasnya.