Selasa, 09 July 2019 12:55 UTC
SAMPAH AUSTRALIA. Petugas Bea Cukai Tanjung Perak menunjukkan berbagai jenis sampah plastik yang diimpor dari Australia bersama sampah kertas, Selasa 9 Juli 2019. Foto: Hari Istiawan
JATIMNET.COM, Surabaya – Indonesia akan mengirim kembali delapan kontainer berisi sampah rumah tangga ke Australia, setelah hasil penyelidikan menyatakan jika sampah itu terlalu berbahaya untuk didaur ulang.
Media asing, The Guardian.com, ikut mengulas pengumuman yang dilakukan petugas Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya.
Guardian menulis jika sejumlah petugas Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya membuka kontainer di hadapan pers pada Selasa 9 Juli 2019, pagi. Mereka mengenakan sarung tangan dan masker, menunjukkan sampah seperti popok bayi dan kaleng minuman.
Petugas setempat mengatakan jika delapan kontainer berisi 210,3 ton sampah dan akan segera dikembalikan.
BACA JUGA: Terkontaminasi B3, Bea Cukai Tahan 8 Kontainer Sampah Kertas dari Australia
Kontainer tiba di Surabaya, di pertengahan Juni setelah dikirim dari Brisbane, oleh perusahaan ekspedisi khusus kapal.
Mereka mengatakan jika material berbahaya akan dikirim kembali segera, mengikuti koordinasi dengan PT.MDI.
Petugas setempat mengatakan jika mereka berkewajiban melindungi Indonesia dan lingkungannya dari sampah impor B3, dan telah berkoordinasi dengan kementerian terkait, termasuk perdagangan dan lingkungan, untuk menunjukkan betapa serius rencana itu.
Menurut Guardian, langkah ini adalah pengumuman terbaru yang dilakukan Pemerintah Indonesia dalam memerangi sampah impor berbahaya.
BACA JUGA: Amerika Serikat Jadi Penyumbang Sampah Terbesar Dunia
Minggu lalu, Indonesia mengumumkan akan mengembalikan 49 kontainer penuh sampah ke Prancis dan negara maju lainnya.
Seperti halnya sampah repatriasi yang tidak terancam sanksi apapun, Indonesia juga memiliki masalah sampah domestik.
Banyak penduduk di negara kepulauan ini membakar sampah beracun sebagai bagian dari bentuk membuang sampah.
Sementara, setiap tahun ribuan kilogram sampah berakhir di sungai dan lautan. Indonesia adalah negara kedua terbesar sebagai penyumbang sampah global di lautan, menyusul Cina. Komentar ini disebut berasal dari pemerintah Australia.
BACA JUGA: Pemkab di Lampung Tak Sediakan Air Minum Kemasan Saat Rapat
Daur ulang sampah global masuk dalam titik keributaan tahun lalu ketika Cina melarang impor sampah plastik asing. Hal ini menyebabkan negara pengekspor sampah bingung mencari negara lain untuk membuang sampah mereka.
Sampah dengan kuantitas besar kemudian dialihkan ke negara Asia Tenggara, namun penolakan muncul dengan kuat di negara ini.
Mei lalu, pemerintah Malaysia mengatakan akan mengembalikan 100 ton sampah Australia karena terlalu berbahaya jika didaur ulang.
Sampah itu menjadi bagian dari 450 ton plastik impor dunia, yang dikembalikan ke negara asalnya.
BACA JUGA: Pencemaran di Laut Indonesia Tak Hanya Sampah Plastik
Menteri lingkungan Malaysia, Yeo Bee Yin, mengatakan jika sampah itu telah dikerubungi belatung dan mendeklarasikan jika Malaysia akan melawan kembali dan tidak akan menjadi lahan pembuangan sampah dunia.
Filipina mengembalikan sekitar 69 kontainer sampah ke Kanada bulan lalu, dan mengakhiri ketegangan diplomatik antara dua negara.
Perhatian global atas polusi plastik didorong oleh gambar yang mengejutkan dari sampah yang menyumbat aliran sungai di Asia Tenggara, dan ikan yang mati dengan perut berisi berkilogram sampah.
Kelompok lingkungan WWF mengatakan jika sekitar 300 ton sampah plastik diproduksi setiap tahun, dengan sebagian besar berakhir di tanah, perairan atau pun lautan.