Jumat, 25 March 2022 12:20 UTC
Salah seorang warga Gendong, Kecamatan Pakal saat berada di tengah-tengah hasil panen ikan di aset Bekas Tanah Kas Daerah (BTKD) yang digunakan untuk pada karya, Jumat 25 Maret 2022. Foto: Diskominfo Kota Surabaya
JATIMNET.COM, Surabaya - Salah satu aset Bekas Tanah Kas Daerah (BTKD) yang digunakan untuk Padat Karya ada di kawasan Gendong, Kecamatan Pakal, Surabaya. Aset BTKD yang digunakan untuk tambak Ikan Bandeng itu nantinya akan dikelola oleh masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
"Seperti aset yang ada di Tambak Wedi, di lahan seluas 4 hektar itu ditanami sawi, ubi, kemudian budidaya maggot, kemudian untuk nila dan patin. Jadi kita manfaatkan itu (lahan) untuk kepentingan umat," kata Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, Jumat 25 Maret 2022.
Lahan tambak seluas 5,5 hektar itu bukan hanya dimanfaatkan untuk budidaya 50.000 Ikan Bandeng, tetapi juga digunakan untuk budidaya udang. Setelah itu, bibit ikan dan udang itu dikelola oleh masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dan hasilnya juga akan dimanfaatkan.
Baca Juga: Pemkot Surabaya Gelar Khitanan Massal Anak MBR, Ini Pesan Cak Ji
"Berarti apa? Kalau lahan ini dibiarkan idle (diam) tidak dimanfaatkan, kan sayang. Sehingga sebagai fasilitatornya, mengisi lahan ini dengan Bandeng dan Udang, kemudian hasilnya diambil oleh MBR. Kemudian ke depannya, mereka tidak lagi menggunakan dana APBD tapi hasil kerja dari MBR yang memanfaatkan lahan ini," ia menjelaskan.
Bukan hanya aset BTKD Pakal saja yang digunakan sebagai Padat Karya, tetapi juga akan memanfaatkan lahan yang ada di taman raya Hutan Pakal dan Wisata Pesisir Romokalisari. Aset itu diharapkan dapat mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan di Kota Pahlawan.

Salah seorang warga Gendong, Kecamatan Pakal saa menunjukkan hasil panen ikan di aset Bekas Tanah Kas Daerah (BTKD) yang digunakan untuk pada karya, Jumat 25 Maret 2022. Foto: Diskominfo Kota Surabaya
"Jadi ke depannya Insya Allah nggak onok maneh kemiskinan, nggak onok pengangguran (tidak ada kemiskinan dan pengangguran). Jadi kalau hanya dimanfaatkan untuk kepentingan pemkot saja, nggak selesai ini (kemiskinan dan pengangguran), maka dari itu yang kita sepakati ini adalah Padat Karya," ia mengungkapkan.
Setelah panen Bandeng, nantinya akan dibagi hasil dengan warga MBR yang mengelola. Caranya, yaitu diambil 20 persen dari hasil panen untuk dibelikan bibit baru. Setelah itu seterusnya, warga yang mengelola itu akan menggunakan uang hasil dari panen untuk membeli bibitnya.
Baca Juga: DKPP Surabaya Bagikan Hasil Panen Bandeng untuk MBR
"Setelah hasilnya ada, 20 persen diambil dulu untuk beli bibitnya, sehingga kita nanti juga mengajarkan bagaimana warga MBR ini menjadi entrepreneur dan pemkot yang memfasilitasi. Artinya, lahannya tetap milik pemkot tapi permodalannya dan yang lainnya nanti sudah jadi milik masyarakat," ia memaparkan.
Saat ini, sudah bisa diserap sekitar 150 orang tenaga kerja yang menggarap 5 hektar dari 200 hektar lahan tembak di Gendong, Kecamatan Pakal. Nantinya, bukan hanya dijadikan sebagai tambak Ikan Bandeng dan Udang saja, agar bisa lebih banyak lagi menyerap tenaga kerja, nantinya juga akan disediakan tempat wisata kuliner di kawasan ini.
Konsepnya, nanti pengunjung datang ke lokasi bisa menikmati kuliner seafood sembari berwisata memancing. Konsep wisata kuliner ini nantinya ada rumah makan plus tempat pemancingan dengan konstruksi bambu seperti yang ada di Romokalisari.
"Di gawe panggon kuliner kan yo isok (dibuat wisata kuliner kan juga bisa). Lampunya dipasang biar terang kalau malam, kemudian di sisi ini ada kolam ikan, kemudian bisa dibakar ditempat setelah mancing, nah iku (nah itu) cocok. Kita harus terus berinovasi," ia menerangkan.
Baca Juga: Website SI-MBR Diluncurkan, Data MBR Surabaya Ditempel di Balai RW
Dengan dicanangkannya Hari Padat Karya ini bisa memakmurkan warga Surabaya khususnya MBR. Oleh karena itu, ia ingin mindset (cara berpikir) warga Surabaya bukan hanya berharap dengan bantuan dari pemerintah, tetapi bagaimana caranya bisa mengubah nasib dengan usaha
"Nggak duwe kerjoan, sugih nggak sugih (tidak punya pekerjaan, kaya dan miskin) itu bisa kita ubah. Kalau kita tidak usaha dan tidak bisa berinovasi, ya susah," ia menuturkan.
Sementara Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Surabaya Antiek Sugiharti mengatakan lahan tambak BTKD di Kecamatan Pakal itu ada 250 hektar. Dari 250 hektar, yang dimanfaatkan untuk Padat Karya sekitar 200 hektar.
"Sebagai awal, yang dimanfaatkan 5,5 hektar terlebih dahulu. Sedangkan di Tambak Wedi, ada 4 hektare sedangkan yang dimanfaatkan sementara ini 6.000 meter persegi," kata Antiek memungkasi.