Sabtu, 24 May 2025 04:00 UTC
Rahmiani menunjukkan pempek khas Palembang buatannya yang laris manis dan mendatangkan cuan belasan juta rupiah sebulan, Sabtu, 24 Mei 2025. Foto: Satria
JATIMNET.COM, Ponorogo – Siapa sangka, dari iseng-iseng saat pandemi, Rahmiani, 38 tahun, ibu rumah tangga asal Palembang yang kini tinggal di Ponorogo, berhasil meraup belasan juta rupiah per bulan hanya dari berjualan pempek.
Tinggal di Kelurahan Kadipaten, Kecamatan Babadan, Ponorogo, Rahmiani memulai usahanya di masa awal pandemi Covid-19. Kala itu, ia hanya ingin mengisi waktu luang. Namun ternyata, resep turun-temurun keluarganya dari Palembang justru membuka jalan rezeki.
“Awalnya iseng karena bingung mau ngapain pas pandemi. Daripada nganggur, saya coba jualan pempek,” ujar Rahmiani, Sabtu, 24 Mei 2025.
Pempek buatannya memiliki cita rasa khas dan otentik Palembang. Ia bahkan sengaja mendatangkan bahan-bahan penting seperti gula aren dan asam dari kampung halamannya demi menjaga keaslian rasa, terutama pada bagian cuko atau kuah pempek yang jadi kunci kenikmatannya.
BACA: MBG di Ponorogo Sementara Dihentikan, Ini Penyebabnya
“Alhamdulillah sekarang makin ramai, bahkan sudah ada pembeli dari Trenggalek, Tulungagung, Sidoarjo, Surabaya, Jakarta sampai Depok,” katanya bangga.
Namun, perjalanan bisnisnya tak selalu mulus. Tantangan terbesar datang dari bahan baku, terutama ikan tenggiri yang menjadi ciri khas pempek buatannya.
“Kalau saya tetap pakai ikan tenggiri, walaupun lebih mahal dan agak susah dicari. Itu yang bikin rasa pempeknya beda,” kata ibu dua anak ini.
Untuk menjangkau lebih banyak pelanggan, Rahmiani juga menjual pempek dalam bentuk hampers yang cocok untuk oleh-oleh.
Harga pempeknya pun cukup terjangkau, mulai dari Rp10 ribu hingga Rp50 ribu. Varian yang ditawarkan lengkap, mulai dari kapal selam, lenjer, hingga kulit, tentu saja dengan cuko yang bisa disesuaikan tingkat pedasnya.
BACA: Tekan Penyebaran HIV, 27 Warung Remang-remang di Ponorogo Disegel
“Buat yang di luar kota, kami sediakan versi frozen. Bisa digoreng sendiri di rumah atau dinikmati langsung di tempat kami juga bisa,” katanya.
Salah satu pelanggan setianya, Yuliastuti, mengaku jatuh cinta dengan pempek buatan Rahmiani. “Teksturnya lembut, rasa ikannya kuat, cukonya juga pas di lidah orang Ponorogo. Enggak terlalu pedas, tapi tetap segar dan sedap,” ujarnya.
Hal serupa juga dirasakan Samsudin, pelanggan lainnya. “Saya sudah langganan sejak masa pandemi. Cukonya beda, bumbunya didatangkan langsung dari Palembang, jadi rasanya khas banget,” ujarnya.
Dari dapur sederhana di rumahnya, Rahmiani berhasil membuktikan bahwa keuletan dan resep warisan bisa menjadi jalan sukses. Kini, pempek bukan hanya makanan khas kampung halamannya, tapi juga sumber penghasilan yang menjanjikan.