Senin, 30 September 2019 16:01 UTC
Kepala Bidang Pengembangan Perpustakaan Umum dan Khusus Perpusnas, Nurhadi Saputra. Foto: Ahmad Suudi
JATIMNET.COM, Banyuwangi – Kepala Bidang Pengembangan Perpustakaan Umum dan Khusus Perpusnas, Nurhadi Saputra mengatakan minat baca masyarakat Indonesia tidak terlalu buruk.
Hal ini berbeda dengan laporan Unesco yang mengatakan bahwa pada tahun 2012 dari 250 juta penduduk Indonesia, hanya 250 ribu atau 0,001 persen yang memiliki minat baca.
Nurhadi mengatakan pihaknya juga telah melakukan kajian tahunan indeks minat baca masyarakat Indonesia. Dari nilai minimal 25 dan maksimal 100, minat baca masyarakat Indonesia adalah 52.
"Unicef melaporkan minat baca Indonesia berada di tingkat 60 dari 61 negara. Kondisi tersebut masih dalam kategori menengah,” kata Nurhadi setelah menghadiri acara Safari Gerakan Gemar Membaca di Banyuwangi, Senin 30 September 2019.
BACA JUGA: Rumah Baca Perlu Penataan dan Perencanaan Agar Tak Layu
Dia mengatakan angka indeks 52 memang bukan nilai yang memuaskan. Dengan itu pihaknya berupaya meningkatkan minat baca dengan memberikan stimulus pada pemerintah daerah atau desa dan pegiat literasi.
Stimulus berupa pelatihan pustakawan, mobil perpustakaan keliling, koleksi buku dan yang lainnya. Harapannya pemerintah daerah dan desa juga memiliki inisiatif program-program sendiri hingga mampu mendongkrak minat baca secara optimal.
Dipaparkannya juga bahwa sebenarnya bukan minat baca dari masing-masing masyarakat yang rendah, tapi akses terhadap buku yang belum merata. Dikatakannya distribusi buku menjadi tantangan agar buku sampai dan dibaca masyarakat.
"Kami tahu kondisi wilayah geografi yang beragam, dengan medan yang sangat sulit, menjadi kendala terbesar kenapa koleksi tidak bisa sampai,” Nurhadi menerangkan.
BACA JUGA: Genjot Literasi, Pemkot Surabaya Tambah 66 Taman Bacaan Masyarakat
Adapun founder Yayasan Rumah Literasi Indonesia (RLI) Tunggul Harwanto juga mengatakan hal serupa. Dalam kunjungannya di beberapa rumah baca jaringan RLI di Banyuwangi, Jember dan Bondowoso, dilihatnya semangat anak-anak menyambut buku yang baru datang.
Dia mengatakan hal itu menandakan minat baca anak-anak sebetulnya tinggi, namun daya tahan baca yang masih rendah. Mereka cepat bosan dan tidak bisa berlama-lama membaca buku.
“Baca 15 menit sudah bosan, daya tahan mereka paling lama 30 menit. Berarti isi buku yang masih belum sesuai,” kata Tunggul.
