Kamis, 12 September 2019 11:31 UTC
Foto: Ilustrasi.
JATIMNET.COM, Surabaya – Kesalahan cara mendampingi anak usia sekolah di dunia pendidikan masih terjadi. Pegiat Yayasan Genta Nusantara, Kuswanto mengatakan perbedaan perlakukan kepada anak yang dianggap pintar dan kurang pintar menyebabkan motivasi anak belajar menjadi turun.
Sebagai contoh, Kuswanto menyebut perlakuan guru kepada anak nakal atau anak dengan tingkat kecerdasan rendah seharusnya lebih menjadi perhatian dari guru di sekolah.
“Ketika ditanya siapa anak nakal di sekolah, biasanya guru tidak suka, gemes, dan cemberut. Berbeda ketika ditanyakan anak yang berprestasi, rata-rata guru tersenyum,” jelas Cak Kuswantoro, sapaannya, Kamis 12 September 2019.
BACA JUGA: Begini Risma Memotivasi Anak-anak yang Terjaring Razia Satpol PP
Dijumpai di sela Seminar Peran Lingkungan dan Keluarga dalam Pemberdayaan Anak di Gedung BK3S, perbedaan perilaku itu membuat anak tidak kerasan di sekolah. Bagi anak nakal, kabur adalah pilihan.
Dampak dari perbedaan perlakuan tersebut membuat anak usia sekolah memiliki kepercayaan diri yang rendah. Tidak jarang bila kurang mendapatkan dorongan, menyebabkan anak putus sekolah.
“Ketika anak putus sekolah, jangan langsung menyasar aspek kognitifnya dulu, kemudian menganggap anak kurang. Berikan motivasi, perhatian, dan pendampingan secara khusus,” tambahnya.
Secara khusus, Kuswanto mengambil contoh saat mendampingi anak jalanan yang belum bisa membaca. Menurutnya mengajar anak membaca harus dengan berjenjang.
BACA JUGA: Satlantas Situbondo Edukasi Tertib Berlalu Lintas Sejak Dini kepada Anak PAUD
“Adakan satu sesi berapa bulan, khususnya membaca. Itu adalah kompetensi dasar yang berjenjang, sedangkan di perpustakaan sekolah tidak. Konten materi tidak sesuai dengan mereka,” sebutnya.
Dalam kesempatan yang sama, Psikolog Universitas Surabaya, Noeroel Kentjono Endah Triwijati menambahkan pentingnya lingkungan sekolah yang bahagia sebagai tempat tumbuh kembang anak.
Dia mengimbau agar lingkungan sekolah harus membahagiakan anak. “Ciptakan suasana agar anak senang di sekolah, dia inginnya apa. Berikan. Ingin seni dan keterampilan juga diperlukan, agar anak-anak mendapat pendidikan yang membahagiakan,” ungkap Wiji, panggilan akrabnya.