Kamis, 19 November 2020 07:40 UTC
ILUSTRASI RAPID TEST: Salah seorang siswa di Ponorogo menjalani rapid test sebelum mengkuti pembelajaran tatap muka. Foto: Gayuh.
JATIMNET.COM, Surabaya - Anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jawa Timur dr. Endah Setyarini, S.pa menyarankan pembelajaran sekolah tidak dilakukan dulu selama pandemi Covid-19. Sesuai dengan saran dari organisasi kesehatan dunia (WHO).
Kalaupun ingin melakukan pembelajaran tatap muka, ia menyarankan sesuai dengan Surat Keputusan Bersama (SKB) empat menteri. Di mana pembukaan sekolah hanya diperbolehkan untuk zona hijau atau zona kuning.
"Pembelajaran tatap muka belum direkomendasikan selama suatu daerah belum menjadi zona hijau, atau setidaknya zona kuning,” ujar Endah dalam diskusi daring, Rabu 18 November 2020.
Itupun, kata dia, harus juga dicek pemetaan angka kasus positif Covid-19 di kelurahan di kabupaten tersebut. Kemudian dari mana saja muridnya berasal. "Karena bisa saja sekolahnya zona hijau tapi muridnya ada yang dari zona merah dan terjadi penularan sesama siswa, lalu ke orang dewasa di sekitarnya,” terangnya.
BACA JUGA: Sebanyak 1.080 Sekolah Jenjang SMA di Jatim Buka Kembali
Tidak cukup disitu, Endah menyarankan agar pihak sekolah memperhatikan pula transportasi siswa ke sekolah. Siswa yang menggunakan kendaraan umum tentunya akan lebih berisiko.
Sementara, Wakil Ketua Perhimpunan Ahli Epidemiolog Indonesia Jatim, dr. Atik Choirul Hidajah, M.Kes mengatakan, jumlah pasien positif Covid-19 pada anak di Indonesia mencapai 9,7 persen dari total kasus. Angka itu setara 24.966 anak.
Paling banyak, lanjutnya, yakni anak usia 6-18 tahun yang mencapai 7,3 persen. Kemudian usia 0-5 tahun sebanyak 2,4 persen. Berdasarkan data itu, Atik menilai, pembukaan kembali sekolah harus melalui kajian secara ilmiah. ”Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) merupakan pilihan paling baik untuk mencegah penularan," katanya.
Hanya saja, Atik meminta orang tua tetap mewaspadai imbas akibat PJJ bagi kesehatan anak. Seperti Computer Vision Syndrome seperti gangguan mata, otot, dan penglihatan akibat terlalu lama menatap layar gawai.
BACA JUGA: 90 Siswa dan 72 Guru di Ponorogo Ikuti Rapid Test Acak
Sementara, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Kependudukan (DP3AK) Provinsi Jawa Timur, Andriyanto mengatakan, uji coba pembelajaran tatap muka di Jatim tidak bisa dielakkan. Namun tetap harus dilaksanakan dengan penerapan protokol kesehatan ketat.
Menurutnya, pembelajaran tatap muka penting untuk dilakukan. Sebab, muncul kekhawatiran anak akan kehilangan kecerdasan akibat terlalu lama belajar secara daring. Tidak hanya anak-anak kalangan ekonomi bawah, namun anak-anak dari keluarga menengah atas pun bisa mengalami hal yang sama.
”Yang pertama, ada penelitian yang menunjukkan kekhawatiran anak akan kehilangan kecerdasan atau terjadi cognitive loss akibat pandemi ini,” kata Andriyanto.