Jumat, 28 February 2020 01:14 UTC
ALAT PENGUKUR: Salah satu Stasiun Monitoring Udara Ambien yang ada di Wonorejo. Foto: Restu
JATIMNET.COM, Surabaya - Kualitas udara di Kota Surabaya dari tahun ke tahun terus menunjukkan tren membaik. Hal ini berdasarkan dari alat pengukuran kualitas udara ber-Standar Nasional Indonesia (SNI), yakni Stasiun Monitoring Udara Ambien milik Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya.
Kepala DLH Kota Surabaya Agus Eko Supiadi mengatakan, pengukuran kualitas udara yang dilakukan itu sudah sesuai standart berlaku secara nasional yakni dari data ISPU (Indeks Standart Pencemaran Udara), berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor: KEP 45/MENLH/1997 tentang indeks standart pencemaran udara.
"Dalam data ISPU dari alat Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU) atau Stasiun Monitoring Udara Ambien Automatis, di Wonorejo, di Kebonsari dan yang ketiga bantuan dari Kementerian Lingkungan Hidup yang diletakkan di Tandes menunjukan kualitas udara terus membaik," kata Agus Eko di ruang kerjanya, Kamis 27 Februari 2020.
BACA JUGA: ISPU Sebut Kondisi Udara Surabaya Masih Layak Hirup
SPKU di Wonorejo dan Kebonsari, kata Agus Eko, itu bisa memantau parameter iklim yakni arah dan kecepatan angin, kelembaban udara, suhu udara, dan global radiasi. Termasuk memantau parameter kimia udara seperti NO, NO2, NOx, O3, SO2, CO, PM10.
"Nah, parameter kimia udara itu yang menghasilkan data ISPU. Biasanya ISPU ini juga dipajang di monitor-monitor yang ada di pinggir jalan,” terangnya.
Sedangkan SPKU Tandes yang merupakan bantuan dari Kementerian Lingkungan Hidup, alatnya lebih lengkap. Pasalnya, selain memantau parameter iklim, alat ini juga memantau parameter kimia udara seperti NO, NO2, NOx, O3, SO2, CO, PM10, dan PM 2,5. Alat ini masih terbilang baru dibanding SPKU Wonorejo dan Kebonsari.
Selain SPKU Automatis, juga digunakan alat uji portable yang selalu keliling ke berbagai titik di Kota Surabaya. Alat ini untuk menguji PM 10, PM 5, PM 2,5, dan PM 1. Bahkan, alat ini juga bisa menguji NO, CO, SO2, dan O3.
BACA JUGA: Suhu Udara Surabaya Lima Tahun Terakhir
"Lokasi-lokasi SPKU Automatis dan alat uji portable ini sudah ada panduannya dari Kementerian Lingkungan Hidup dan juga sudah SNI. Jadi, semua yang kami lakukan sudah sesuai peraturan yang ada di Indonesia. Itu artinya, ISPU yang dihasilkan valid,” ungkapnya.
Adapun data ISPU dari tahun ke tahun, menunjukkan tren membaik. Pada tahun 2018, data baik 81 dan data sedang 283, sehingga data sehatnya 364. Kemudian tahun 2019, data baik 143 dan data sedang 221, sehingga data sehatnya 364. "Itu data total, bukan tiap hari. Itu artinya, dari tahun ke tahun menunjukkan tren membaik,” tuturnya.
Di samping itu, Agus Eko memastikan data hasil pemantauan kualitas udara tahunan itu, diolah dan dikalkulasikan ke dalam rumus Indeks Kualitas Udara (IKU). Alat ukur sederhana ini berupa angka untuk menginformasikan kualitas ambien suatu daerah.
Di Surabaya, pada tahun 2018 targetnya 84,50 dan berhasil mencapai 90,27. Kemudian tahun 2019 targetnya 84,75 dan berhasil mencapai 90,30. "Berdasarkan data IKU itu, berarti ada peningkatan kualitas udara di Surabaya. Dan ternyata, data IKU kita lebih tinggi dari provinsi dan nasional,” katanya.
BACA JUGA: Bangun Taman, Risma Ingin Turunkan Polusi Udara Surabaya
Lebih lanjut Agus Eko menambahkan, peningkatan kualitas udara itu dipengaruhi oleh berbagai hal, diantaranya karena Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Surabaya terus bertambah dari tahun ke tahun. Bahkan hingga tahun 2018, RTH di Surabaya sudah mencapai 7.290,53 hektar atau sama dengan 21,79 persen dari luas wilayah Kota Surabaya.
"Selain itu, ada pula program green building, manajemen transportasi yang semakin bagus serta rutin melakukan uji emisi, hemat energi dan memperbanyak penggunaan solar cell. Berbagai program itulah yang kemudian mampu mencegah polusi udara di Surabaya, hingga akhirnya kualitas udara terus membaik,” ucap Agus Eko.