Logo

ISPU Sebut Kondisi Udara Surabaya Masih Layak Hirup

Reporter:,Editor:

Kamis, 01 August 2019 03:27 UTC

ISPU Sebut Kondisi Udara Surabaya Masih Layak Hirup

Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Eko Agus Supiandi. Foto: Lathifiyah.

JATIMNET.COM, Surabaya – Data Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) menyebutkan kondisi udara di Kota Surabaya masih layak hirup. Hal ini karena udara Surabaya berada di kondisi sedang dan baik.

“Jadi paling tinggi kondisi udara di Surabaya berdasarkan ISPU jumlah polutan (PM10) sebesar 57 dengan status sedang. Tapi biasanya kalau pagi PM10nya tujuh sampai 10,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Eko Agus Supiandi saat diwawancarai di ruang kerjanya, Rabu 31 Juli 2019.

Adapun kategori kondisi udara berdasarkan ISPU meliputi 0-50 membuktikan kondisi udara baik, 51-100 dengan kondisi udara sedang, 101-199 dengan kondisi udara tidak sehat, 200-299 dengan kondisi udara sangat tidak sehat, dan 300-500 dengan kondisi udara berbahaya.

BACA JUGA: Bangun Taman, Risma Ingin Turunkan Polusi Udara Surabaya

Eko menyampaikan jika kondisi udara masuk kategori tidak sehat, biasanya bisa terjadi iritasi atau gejala ringan pada manusia. Sedangkan untuk kondisi udara sangat tidak sehat akan berpengaruh besar pada penyakit jantung dan paru-paru.

“Nah untuk kondisi udara yang berbahaya ini bisa menurunkan kesehatan fisik, dan bahkan kematian untuk usia lanjut atau lansia,” kata dia.

Eko memastikan bahwa udara di Surabaya semakin membaik tiap tahunnya. Dari data Dinas Lingkungan Hidup Kota Surabaya, pada tahun 2016 jumlah hari yang tidak sehat sebanyak 28 hari. Jumlah ini semakin menurun yaitu 18 hari pada 2017 hingga tersisa 1 hari saja sepanjang tahun 2018.

BACA JUGA: Menjaga Kualitas udara dengan Pengembangan Ruang Terbuka Hijau

"Bahkan menurut data sementara, hingga bulan Juli 2019 ini kondisi udara di Kota Surabaya belum pernah ada di taraf tidak sehat," kata Eko.

Eko menjelaskan, kondisi udara di Surabaya membaik karena upaya penghijauan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya terutama penanaman tanaman penyerap polutan seperti lidah mertua. Di Surabaya, tanaman lidah mertua telah dimanfaatkan sejak lima tahun lalu untuk menyerap polusi di jalanan.

"Selain itu juga ada juga pohon asem. Itu juga baik untuk menyerap polusi-polusi udara. Pengalihan transportasi ke angkutan massal dan car free day juga berpengaruh," pungkas Eko.