Jumat, 17 January 2020 04:17 UTC
DEMAM BERDARAH: Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, Febria Rachmanita dalam jumpa pers mengenai demam berdarah. Foto: Restu.
JATIMNET.COM, Surabaya - Memasuki musim hujan saat ini ada yang perlu diwaspadai, yakni penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Mengantisipasi hal itu, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya getol melakukan sosialisasi mengenai DBD, untuk melakukan pencegahan.
Termasuk penyuluhan kepada masyarakat, sampai peran juru pemantau jentik (jumantik) dengan programnya yaitu “Gerakan 1 rumah 1 jumantik”. Mengingat hal itu sesuai Peraturan Menteri Kesehatan 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan.
"Kami melakukan pendampingan dan monitoring Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik oleh 22.995 orang kader jumantik di bawah koordinasi puskesmas, camat dan lurah,” kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, Febria Rachmanita, Kamis 16 Januari 2020.
BACA JUGA: Satu Pasien Akibat DBD Meninggal Dunia
Ia menjelaskan, tugas para jumantik ini menjadi mitra puskesmas dalam mencegah dan menurunkan angka penyakit DBD. Selain itu, kader ini juga bertugas untuk memantau kondisi lingkungan sekitar dari penyebaran penyakit melalui kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yang dilakukan secara rutin setiap hari Jumat.
"PSN itu terdiri dari pemantauan tempat perkembangbiakan, cara pemberantasan, mengetahui siklus nyamuk, memahami Angka Bebas Jentik (ABJ) dan mengetahui penggunaan larvasida (bubuk pembunuh jentik),” kata Feny panggilan akrabnya.
Tidak hanya itu, Dinkes bersama kader lingkungan juga menerapkan sistem “3M PLUS”, yakni menguras, menutup, dan mendaur ulang. Sedangkan PLUSnya, yang berarti memiliki 11 poin. Pertama, mengganti air vas bunga, memperbaiki saluran dan talang yang tidak lancar.
BACA JUGA: Empat Kiat Terhindar DBD
Ketiga, menutup lubang-lubang pada potongan pohon, menaburkan bubuk pembunuh jentik, memelihara ikan pemakan jentik di kolam. "Lalu memasang kawat kasa di jendela, mengatur barang secara rapi dalam ruangan, memakai obat yang mencegah gigitan nyamuk, penanaman bunga pengusir nyamuk dan membersihkan lingkungan,” katanya.
Feny juga berpesan kepada masyarakat, jika keluarga atau lingkungan sekitar mengalami gejala DBD, agar langsung membawanya ke puskesmas terdekat. Gejala DBD itu biasanya terjadi demam tinggi, ruam atau bintik merah pada kulit, nyeri pada otot sendi.
“Lalu pusing, mual, muntah, nafsu makan menurun, nyeri ulu hati,” ujar Feny.
Berbagai upaya yang dilakukan Pemkot Surabaya ini, untuk memastikan agar masyarakat dapat terhindar dari gigitan nyamuk berjenis Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. Alhasil, di tahun 2019 jumlah warga yang terserang DBD menurun. Dari 321 kasus di tahun 2018 menurun ke 277 kasus di tahun 2019.
"Harapannya meningkatnya kesadaran dan peran aktif masyarakat dalam melakukan upaya pencegahan dan pengendalian penyakit DBD,” katanya.