Minggu, 21 February 2021 07:40 UTC
TAHU: Para pekerja sedang membuat tahu di kampung tahu Desa Jetis, Kecamatan Besuki, Situbondo, Minggu 21 Februari 2021. Foto: Hozaini.
JATIMNET.COM, Situbondo - Belakangan ini jenis makanan tahu menjadi salah satu menu kuliner kekinian. Tahu bisa dibikin berbagai menu makanan seperti jihu geprek, tahu crispy hingga perkedel tahu. Makanan berprotein tinggi terbuat dari kedelai itu sangat mudah dijumpai karena terjangkau.
Di Desa Jetis, Kecamatan Besuki, Situbondo, Jawa Timur, memiliki kampung tahu, karena banyak warganya menekuni industri tahu. Tahu produk kampung tahu ini tak hanya terjual pasar memenuhi kebutuhan pasar lokal, melainkan merambah pasar Kabupaten tetangga seperti Bondowoso dan Probolinggo.
“Saya tidak menjual sendiri tahu ke pasar, tapi diambil para pedagang keliling. Sehabis subuh para pedagang sudah berdatangan kesini,” kata Masdiyan alias Pak Sri, salah seorang pelaku industri tahu, Minggu, 21 Februari 2021
Menurutnya, setiap hari dirinya memproduksi 1 kwintal kedelai. Para pedagang mengeluh harga kedelai yang terus naik karena dinilai sangat membebani produsen tahu. Saat ini, harga 1 kwintal kedelai Rp 1 juta.
Baca Juga: Komoditas Ekspor, Luas Lahan Porang di Madiun Bertambah 5-10 Persen per Tahun
“Sebelumnya harga kedelai Rp 8.600 sampai Rp 9 ribu per kilogramnya. Sejak sebulan terakhir ini naik menjadi Rp. 10. Ribu perkilo gramnya. Naiknya harga kedelai ini sangat membebani pelaku industri tahu dan tempe,” katanya
Senada diungkapkan pelaku industri tahu lainnya, Aziz. Pria yang sudah 20 tahun jadi produsen tahu itu berharap, agar pemerintah menstabilkan harga kedelai di pasaran. Produsen tahu kebingungan kalau harga kedelai terus naik. Satu sisi harus tetap produksi, tapi disisi lain kesulitan menaikan harga tahu di pasaran.
“Satu bulan harga kedelai bisa naik dua kali. Kalau harga kedelai terus naik para pengrajin kebingungan menaikan harga tahu di pasaran,” sambungnya.
Sementara itu, Kepala Desa Jetis, Fadlan mengatakan, bahwa sejak dulu di Desanya memang menjadi pusat industri tahu. Saat ini tercatat ada sekitar 25 pelaku industri tahu tersebar di beberapa dusun.
Baca Juga: Aneka Olahan Jamur Tiram Milik Adifa yang Menggugah Selera
Bahkan salah satu dusun disebut kampung tahu karena sebagian besar warganya jadi produsen tahu. Kebutuhan masyarakat terhadap kedelai cukup tinggi, karena setiap harinya produsen tahu bisa menghabiskan 1 sampai 2 kwintal kedelai.
“Sejak saya kecil disini sudah jadi industri tahu. Setiap tahun terus berkembang dan menjadi salah satu mata pencaharian masyarakat. Umumnya setiap produsen tahu bisa menyerap dua hingga empat tenaga kerja,” ujarnya
Menurut Fadlan, kedepan BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) akan menyediakan kedelai untuk memenuhi kebutuhan pelaku industri tahu. BUMDes akan menyuplai kedelai produsen tahu dengan harga distributor.
“Sebetulnya sudah tahun lalu BUMDes kita anggarkan tapi belum terlaksana karena terkena refocusing anggaran Covid-19,” terangnya.
Baca Juga: Dapur Mbok Inggih PKK Sekapuk Asah Kualitas SDM Lewat Cooking Class di Tengah Pandemi
Dikonfirmasi terpisah, Sekretaris Dinas Perdagangan dan Perindustrian Pemkab Situbondo, Yogie Krispian Sah, mengatakan, mengakui IKM (Industri Kecil Menengah) di kampung tahu Desa Jetis, memang sudah cukup berkembang. Kedepan, pihaknya akan terus memberikan pendampingan melalui berbagai bentuk pelatihan.
Yogie menambahkan, keberadaan kampung tahu harus berkembang menghidupkan perekonomian masyarakat setempat. Selain bisa menyerap lebih banyak tenaga kerja, kampung tahu harus menciptakan usaha-usaha baru.
“Kami sudah planning (rencanakan) akan menghidupan home industri berbagai baku tahu dan tempe melalui pelatihan-pelatihan. Kami punya tempat khusus untuk membantu masyarakat mengemas produknya,” ujar pria yang juga Ketua DPC GP Ansor Situbondo.