Logo

Mencuci Keris dan Gong Mbah Gimbal, Peninggalan Prajurit Diponegoro di Blitar

Reporter:,Editor:

Minggu, 29 September 2019 13:43 UTC

Mencuci Keris dan Gong Mbah Gimbal, Peninggalan Prajurit Diponegoro di Blitar

POTENSI WISATA. Prosesi penjamasan Gong Mbah Gimbal di Keboen Kopi Karanganjar, Minggu 29 September 2019. Foto: Yosibio.

JATIMNET.COM, Blitar – Keboen Kopi Karanganjar Kabupaten Blitar menggelar jamasan pusaka atau mencuci benda-benda pusaka sebagai bentuk melestarikan budaya. Jamasan ini dilakukan setahun sekali setiap bulan Suro dengan mencuci Gong Mbah Gimbal dan keris.

“Tujuan dari acara ini nguri uri (menjaga) budaya Jawa dan merawat pusaka leluhur. Ke depannya akan dijadikan daya tarik wisata,” kata Komisaris PT Harta Mulia, Herry Noegroho, selaku pengelola wisata Keboen Kopi Karanganjar, Minggu 29 September 2019.

Disebutkan Herry sebagai daya tarik wisatawan lantaran acara ini dihadiri warga negara asing, yang tengah menimba ilmu tentang kopi di perkebunan lereng Gunung Kelud ini.

BACA JUGA: Begini Tradisi Mencuci Benda Pusaka Bulan Suro

Kehadiran warga asing ini diharapkan menjadi momentum memperkenalkan budaya dan tradisi di Blitar. Terlebih warga asing ini hadir dengan mengenakan pakaian adat Jawa.

Pantauan Jatimnet.com, acara diawali dengan penjemputan keris dan Gong Mbah Gimbal. Rombongan mengarak keliling museum Keboen Kopi Karanganjar (Museum Pusaka, Museum Mblitaran dan Museum Purnabhakti) menuju Joglo Bahama untuk di lakukan penyiraman.

BEREBUT BERKAH. Sejumlah warga mengambil air jamasan untuk dimasukkan ke dalam botol plastik usai prosesi jamasan dengan harapan menolak sial. Foto: Yosibio.

Sesepuh Karanganjar, Hermono dan Waris ditunjuk memimpin jamasan keris dan Gong Mbah Gimbal. Kedua benda pusaka ini konon dipercaya sebagai peninggalan pasukan Pangeran Diponegoro, yang tercerai berai ketika melarikan diri ke Timur.

Raden Mas Jaya Purnama, seorang pasukan yang diincar tentara Belanda, mengganti namanya menjadi Raden Papak atau Raden Gimbal. Selama pelariannya ke wilayah Blitar, Purnama juga membawa pusaka berupa gong yang ditinggal di Srengat.

BACA JUGA: Lebaran Ketupat di Blitar Dilengkapi Menu Khas Es Pleret 

“Raden Papak kemudian melanjutkan perjalanan menuju Banyuwangi. Beliau wafat dan dimakamkan di Banyuwangi,” jelas Heri menerangkan asal usul Gong Mbah Gimbal di sela jamasan.

Dalam kesempatan itu, air sisa jamasan pusaka menjadi rebutan warga untuk. Warga terlihat membawa botol plastik, untuk diisi air sisa jamasan. Air ini juga digunakan untuk mencuci muka bahkan beberapa di antaranya membawa pulang sebagai tolak bala.

“Ini kan setahun sekali, airnya saya bawa pulang sebagai penolak bala dan berharap berkah,” ujar seorang warga sambil berlalu membawa air jamasan Gong Mbah Gimbal.

Gong yang disebut Mbah Gimbal ini masih tersimpan rapi di musium Keboen Kopi Karanganjar, Nglegok Blitar. Benda pusaka ini selalu dimandikan setiap bulan Suro, sekaligus mengingatkan sejarah perjuangan RM Jaya Purnama melawan tentara Belanda.