Sabtu, 15 June 2019 16:30 UTC
KUPATAN. Warga Kauman, Kota Blitar merayakan Lebaran Ketupat di lingkungan Masjid Agung Kota Blitar, Sabtu 15 Juni 2019. Foto: Yosibio
JATIMNET.COM, Blitar – Tradisi Lebaran Ketupat di Kelurahan Kauman, Kota Blitar Jawa Timur, tak hanya menyajikan ketupat, lontong, dan sayurnya. Sajian khas berupa Es Pleret turut melengkapi menu perayaan.
Karenanya, tradisi makan ketupat bersama seluruh warga Kauman terasa istimewa yang digelar di sejumlah gang kampung Kauman serta di Kantor Kelurahan Kauman di Jalan Anjasmoro, Kota Blitar.
"Ini sebenarnya acara tahunan Festival Es Pleret, namun karena para kiai di Kauman meminta agar tahun ini ada kupatan. Kenapa ketupat, karena ketupat konon merupakan makanan santri pondok saat Syawalan, " kata Suprabowo, Lurah Kauman di sela acara, Sabtu 15 Juni 2019 malam.
BACA JUGA: Nikmatnya Ketupat Coklat Ala Kampung Coklat Blitar
Menurut Bowo, tradisi Festival Es Pleret sudah berlangsung setiap tahun. Namun tahun ini kemasannya berbeda karena dipadukan dengan kupatan plus sayuran khas sayur rebung, pindang telur dan sambal jenggot. Sambal jenggot ini tidak ditemukan di tempat lain, karena terbuat dari kelapa parut dan disambal.
"Jadi sayurnya juga tidak ditemukan di daerah lain, karena dipadukan dengan pindang telur yang hitam itu, plus sambal jenggotnya, " kata Bowo.

ES PLERET. Menu Lebaran Ketupat di Kota Blitar dilengkapi dengan sajian Es Pleret. Foto: Yosibio
Untuk merayakan festival tahunan ini, warga secara swadaya iuran dan masing-masing keluarga berkreasi membuat menu minuman pleret untuk kupatan syawal.
Pantauan Jatimnet.com di lapangan, warga kelurahan di sisi barat Alun-Alun Kota Blitar menyambut acara ini dengan antusias. Sejak petang mereka telah menyiapkan es pleret dan ketupat yang dilengkapi dengna sayur rebung.
BACA JUGA: Hadrah dan Tari Reog Iringi Arak-arakan Gunungan 1.001 Ketupat
Aris Pambudi, warga yang tinggal di belakang Masjid Agung Kota Blitar ini misalnya, membuat dua ketupat, plus sayur rebung dan sepuluh gelas es pleret. Warga juga iuran Rp 5 ribu untuk tambahan menyiapkan menu syawalan kupat ini.
"Setiap RW menyediakan 100-an porsi, di tempat saya diangkat secara swadaya. Setiap rumah menyediakan 2 ketupat atau uang Rp 5 ribu, " ujar Aris Pambudi, seorang warga Kauman kepada Jatimnet.com di sela acara.
Tradisi syawalan kupat ini memang baru tahun ini digelar, namun antusias warga sangat besar untuk mengembalikan tradisi yang nyaris hilang ditelan zaman ini. Rencananya, setiap tahun akan digelar agar tradisi ini tetap lestari.