Logo

Memburu Jejak Lemuru

Reporter:,Editor:

Sabtu, 15 June 2019 23:33 UTC

Memburu Jejak Lemuru

LEMURU. Ikan lemuru yang akan diolah menjadi produk makanan kaleng di unit produksi CV Pasific Harvest. Sebagian perusahaan pengalengan ikan tutup atau tidak beroperasi setelah tangkapan lemuru lokal berkurang drastis. Foto: Ahmad Suudi

JATIMNET.COM, Banyuwangi - Kapal-kapal silih berganti bersandar di tepi pantai Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kalimoro, Muncar, Banyuwangi, pagi itu, Rabu 12 Juni 2019.

Sejumlah nelayan tampak membongkar muatan dan menurunkan satu persatu keranjang ikan dari kapal. Hanya beberapa keranjang yang dikeluarkan dengan berat total tek lebih dari 2 ton.

Hasil tangkapan yang berbeda ketika konon sebelum tahun 2009 dimana setiap kapal berhasil menangkap hingga 10 ton ikan lemuru per hari. Saat itu lemuru menjadi ikon kesejahteraan masyarakat Muncar. Nelayan, warga kecil hingga juragan besar, turut menikmati hasil menangkap lemuru ini.

LEMURU.Tumpukan ikan lemuru beku asal Yaman yang disimpan dalam gudang berpendingin CV Pasific Harvest, Muncar, Banyuwangi. Setelah tangkapan lemuru lokal berkurang mulai tahun 2009. Foto: Ahmad Suudi

Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Banyuwangi Hasan Basri mengatakan setiap 10 ton ikan lemuru yang berhasil ditangkap, per kapal akan mendapatkan uang Rp 70 juta. Belum dipotong biaya operasional, hasil itu bisa diraup bila harga per kilogram Rp 7.000 seperti yang berlaku sekarang.

BACA JUGA: Lemuru Hilang, Kejayaan Muncar Melayang

Namun, kini yang didapat nelayan hampir selalu 1 atau 2 ton ikan kembung atau tongkol dengan harga jual sekitar Rp 12.000 per kilogram. Artinya setiap kapal hanya mendapatkan uang penjualan ikan sekitar Rp 12 hingga 24 juta per hari, belum dipotong biaya operasional.

"Lemuru lebih menguntungkan dan lebih mudah ditangkap. Ikan kembung lebih sulit, karena sudah masuk jaring saja belum tentu kena," kata Hasan, Rabu 12 Juni 2019.

Belum diketahui penyebab pasti mengapa lemuru susah dicari. Sejumlah pihak menyampaikan hipotesanya.

Salah satu pemilik kapal di Muncar, Umar Hasan Zen, mengatakan kemungkinan lemuru susah dicari karena terhadap jajaran rumpon di Selat Bali bagian selatan.

BACA JUGA: Video Cacing Viral, Penjualan Ikan Kaleng Banyuwangi Lesu

"Bagaimana ikan lemuru mau bermigrasi ke Selat Bali, karena sudah terhadang dulu oleh rumpon-rumponnya itu," kata Umar, awal April 2019.

Lemuru yang biasanya berkeliaran tak jauh dari pantai, sudah terhadang oleh rumpon yang berada agak jauh ke tengah dari pantai. Lemuru yang terjebak rumpon, kata dia, jadi batal bermigrasi dari perairan Bali selatan ke perairan Selat Bali.

Seorang akademikus Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Banyuwangi Mega Yuniartik memaparkan kebersihan air cukup menentukan berhasil tidaknya pemijahan atau perkembangbiakan ikan laut.

KUMUH. Limbah domestik mencemari Pantai Desa Kedungrejo, Kecamatan Muncar, Banyuwangi. Foto: Ahmad Suudi

Sayangnya warna perairan Muncar coklat pekat, bahkan hitam, dan dasarnya berlumpur yang menandakan mengandung sedimen yang ikut masuk dari muara. Hal ini mempengaruhi proses pemijahan yang otomatis berdampak pada perkembangbiakan lemuru.

"Kualitas perairannya tidak baik, hitam dan baunya menyengat, ada pengendapan di dasarnya, otomatis bau karena ada proses pembusukan (limbah)," kata Mega.

BACA JUGA: Lebaran, Penjual Ikan Asap Kenjeran Beromzet Rp 5 Juta

Dia mengatakan posisi geografis perairan Muncar yang berdekatan dengan cekungan Teluk Pangpang menyulitkan sedimen dan limbah keluar ke laut lepas. Jenis limbah yang mungkin masuk ke perairan di antaranya bahan bakar minyak (BBM) kapal nelayan, limbah industri pengalengan ikan dan penepungan ikan, hingga limbah domestik.

Namun Mega mengatakan belum ada penelitian yang jelas-jelas menunjukkan bagaimana kualitas air perairan Muncar dengan mengetes berbagai parameter penentunya.

Akademikus lainnya dari kampus yang sama, Ervina W Setyaningrum mengatakan alat tangkap tak ramah lingkungan yang biasa dipakai nelayan Muncar juga bisa menjadi salah satu faktor Lemuru mulai hilang.  

Selain jumlah alat tangkap yang sangat banyak, ukuran jala juga tidak sesuai dengan ketentuan dalam peraturan Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Pukat cincin atau purse seine yang banyak di pakai untuk menangkap ikan di Selat Bali, harus berukuran lebih dari atau sama dengan 1 inc.

BACA JUGA: Menelusuri Hilangnya Ikan Lemuru di Selat Bali

Jatimnet.com sempat mengukur langsung pukat cincin yang sedang ditambal nelayan di Pelabuhan Ikan Muncar. Di bagian tertentu berukuran 1 inc, namun di bagian lain berukuran 0,75 inc.

Penggunaan jaring dengan ukuran lebih kecil dari standar bisa menangkap lemuru anakan yang belum sempat dewasa dan berkembang biak hingga berpotensi besar mengurangi populasi.

"Ukuran jala dan jumlah alat tangkap yang tak ramah pada kelestarian ikan," kata Ervina.

JARING. Bagian mata jaring nelayan yang berukuran 0,75 inc yang tidak sesuai aturan pemakaian purse seine di Selat Bali. Foto: Ahmad Suudi

Sementara Direktur CV Pasific Harvest Muncar mengatakan ikan lemuru sebetulnya tidak hilang, melainkan sedang bermigrasi. Hal itu dibuktikannya dengan datangnya sejumlah ikan lemuru saat musimnya yang berhasil ditangkap nelayan.

BACA JUGA: Hilangnya Ikan Lemuru di Muncar Diduga Karena Ekosistem Rusak

Misalnya April 2019 pihaknya menerima 2 ton ikan lemuru untuk di proses di pengalengan ikan yang dioperasikannya. Namun jumlah itu belum sepadan dengan jumlah tangkapan nelayan sebelum tahun 2009 yang mencapai 10 ton per hari per perahu.

Hal senada diungkapkan Ketua Asosiasi Pengalengan Ikan Indonesia (APIKI) Ady Surya. Kepada Jatimnet, ia mengataan bahwa ikan lemuru bermigrasi.

Menurutnya, perpindahan lemuru dari Selat Bali disebabkan limbah, terutama limbah domestik, dan kesibukan lalulintas Selat Bali.
"Mereka mencari tempat untuk makan dan kawin, jadi bergerak dimana dia bisa kawin," kata Ady.

Ady juga mengatakan bahwa faktor bencana mempengaruhi berpindahnya lemuru hingga hilang dari perairan Muncar. Berbagai gempa bumi di laut selatan Jawa hingga badai yang terjadi di Samudra Pasifik, kata Ady, bisa jadi berpengaruh pada kesesuaian Selat Bali dengan lemuru.