
Reporter
Ahmad SuudiSabtu, 18 Mei 2019 - 02:33
Editor
Anang Zakaria
LEMURU. Tumpukan ikan lemuru di salah satu perusahaan pengalengan ikan di Muncar, Banyuwangi. Perusahaan pengalengan ikan di Muncar memenuhi kebutuhan bahan baku dari impor karena lemuru lokal sulit ditemukan. Foto : Ahmad Suudi.
JATIMNET.COM, Banyuwangi - Sebuah perahu bercat putih dengan dua garis jingga di bagian bawah lambung, mendarat pukul 10.00 WIB di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kalimoro Muncar, Desa Kedungrejo, Muncar, Banyuwangi, Rabu 7 Mei 2019.
Katmini (70) buru-buru membawa timbanya mendekat ke air agar mendapat bagian ikan dari nelayan untuk dijajakannya lagi pada pembeli yang datang. Orang-orang menyebutnya belantik, membeli sedikit ikan dari kapal untuk dijual lagi, sedangkan sebagian besar ikan dari kapal dimasukkan ke tong-tong plastik karena dibeli juragan.
Katmini. Ia mengenakan kaus lengan panjang kombinasi merah hati dan putih serta bercaping tani, bersama beberapa belantik lain lalu duduk begitu saja di area bongkar ikan, menghadap pasar menunggu pembeli. Sedangkan di belakang mereka, beberapa perempuan menghadap laut menunggu kapal lain sandar karena belum kebagian ikan.
BACA JUGA: Hilangnya Ikan Lemuru di Muncar Diduga Karena Ekosistem Rusak
Begitulah kini mereka mengais rezeki untuk menghidupi diri, bergantung pada ikan tangkapan nelayan. Saat ibu rumah tangga atau pedagang keliling mau membeli ikannya, tawar-menawar akan dilakukan sampai setengah mati karena harga itu akan menentukan nasi dan lauk apa yang akan mereka dan keluarga makan hari itu.
“Tidak ada pelanggan, orang datang mau beli ya dilayani. Kiloan dilayani, borongan dilayani,” kata Katmini pada Jatimnet.
Hari itu tidak banyak kapal yang sandar, melainkan terparkir di sepanjang pesisir Kecamatan Muncar. Katmini mengatakan banyak kapal melaut tapi tidak banyak yang dapat ikan. Tidak seperti dulu, saat ikan lemuru masih banyak, ikan besar pemangsa lemuru juga jadi banyak, hingga mereka semua lebih mudah mendapatkan ikan saat melaut.

PULANG. Kapal nelayan Muncar sandar untuk menurunkan hasil tangkapan mereka, Rabu 7 Mei 2019. Lemuru semakin sulit ditemukan, hingga lemuru dianggap hilang dari perairan Muncar. Foto : Ahmad Suudi
Wanita kelahiran Jember yang pindah ke Muncar tahun 1965 itu mengatakan musim lemuru sekarang lebih jarang, dan hari itu tidak ditemukan sama sekali. Terakhir, ikan bernama latin Sardinella Lemuru itu keluar sebelum bulan Puasa Ramadan. Katmini kini hanya bisa menjual Mernying, Tongkol atau Banyar.
Salah satu pemilik kapal di Muncar, Umar Hasan Zen, mengatakan jumlah tangkapan ikan mulai menurun pada tahun 2009. Kemudian puncaknya pada tahun 2013 sampai nelayan menjual kembali perabot rumah mereka, pagar rumah hingga sarung bekas. Peristiwa menjual perabot hingga sarung bekas itu terjadi kembali pada tahun 2016.
BACA JUGA: Menteri Susi Cerita Pernah Hindari Kunjungan ke Muncar
Padahal sebelumnya, saat lemuru masih banyak, masyarakat Muncar berkelimpahan rezeki dan kerap bermewah-mewahan. Ikan yang membanjiri daratan dibawa ke perusahaan pengalengan dengan becak motor, membuat tukang becak dan kuli panggul bisa meraup pendapatan jutaan rupiah setelah seharian melayani ratusan kapal ikan.
“Lemuru jadi lambang kesejahteraan nelayan Muncar, karena masyarakat kecil sampai pengusaha besar menikmati hasilnya. Kapal-kapal besar antre bongkar di sini dari pagi sampai sore,” kata Umar pada Jatimnet di TPI Kalimoro, Jumat 10 Mei 2019.

BELANTIK. Katmini (70) menawarkan ikannya pada calon pembeli, Rabu 7 Mei 2019. Meski tidak ikut melaut, dia menggantungkan hidup dari ikan tangkapan nelayan. Foto : Ahmad Suudi
Namun perusahaan pengalengan ikan yang kapasitas produksinya masih sedikit dan belum memiliki gudang berpendingin tak mampu menyerap semua lemuru, hingga nelayan membuang puluhan ton ke tengah laut setiap hari agar tak membusuk di darat. Kejadian tahun 2005 itu dikenang masyarakat Muncar sebagai awal mulai merosotnya hasil tangkapan lemuru mereka.
Saat ramai, kata Umar, masing-masing kapal biasanya mendapatkan 10-15 ton ikan per hari. Sedangkan saat ikan pelagis kecil itu muncul selama sekitar 20 hari pada April lalu, paling banyak nelayan menghasilkan satu ton ikan sekali berangkat. Tak hanya jumlahnya yang sedikit, musim kemunculannya juga semakin jarang.
BACA JUGA: Tahun 2030 Lebih Banyak Plastik daripada Ikan di Laut
Dia mengatakan dampak dari hilangnya ikan lemuru bagi warga Muncar, semakin banyak istri nelayan menjadi tenaga kerja wanita (TKW), terlilit hutang pada rentenir, hingga perusahaan pengalengan yang harus impor bahan baku lemuru. Dia berharap pemerintah meneliti dan mencari sebab hilangnya lemuru, untuk kemudian dipulihkan seperti semula.
Data yang diperoleh dari Unit Pelaksana Tugas Pelabuhan Perikanan Pantai (UPT PPP) Muncar, diperoleh informasi bahwa pada tahun 2009, Muncar berhasil menangkap 28.446.134 kilogram ikan lemuru. Sementara selama tahun 2018 hanya berhasil menangkap 730.715 kilogram ikan lemuru.