Selasa, 09 April 2019 09:11 UTC
KAPAL NELAYAN. Kapal nelayan terparkir di Pelabuhan Ikan Muncar, Banyuwangi. Keberadaan ikan lemuru semakin langka di Selat Bali. Padahal, ikan ini pernah menjadi primadona para nelayan di Muncar. Foto: Ahmad Suudi
JATIMNET.COM, Banyuwangi – Ikan Lemuru (Sardinella lemuru), yang merupakan spesies ikan Actinopterygii dalam genus Sardinella pernah menjadi primadona nelayan di Selat Bali, khususnya nelayan di Pelabuhan Ikan Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur.
Lemuru memang dijadikan produk ikan sarden lokal di Indonesia dan karena namanya kurang dikenal, maka yang tercantum di kaleng hanya nama sardennya.
Ikan ini juga kurang diminati para penjual ikan segar karena cepat busuk. Sehingga, penjualan lemuru segar hanya terbatas di daerah Muncar (Banyuwangi). Di luar daerah itu, lemuru dijual sudah dalam bentuk olahan seperti ikan pindang, ikan asin atau tepung ikan.
Keberadaan ikan lemuru di perairan Selat Bali dalam beberapa tahun terakhir perlahan mulai lenyap. Banyak spekulasi bermunculan. Ada yang menuding karena rumpon, ada juga menduga disebabkan cara tangkap nelayan yang memasukkan ikan kecil sehingga tak sempat berkembang biak.
BACA JUGA: Menteri Susi Ajak Nelayan Banyuwangi Jaga Terumbu Karang
Bahkan, hingga kini masih menjadi perdebatan di kalangan nelayan, pemerintah dan akademisi. Nelayan Muncar, Banyuwangi, Umar Hasan Zen sebelumnya menyampaikan hilangnya lemuru karena rumpon kepada Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan dan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti.
Namun, akademisi membantahnya. Dosen Perikanan dan Kelautan Universitas Brawijaya (UB) Malang Darmawan Octo Sucipto saat dihubungi Jatimnet.com menyatakan, hilangnya lemuru tidak bisa disimpulkan karena rumpon.
Menurutnya, lemuru adalah jenis ikan pelagis (permukaan) yang menyukai pesisir, sedangkan rumpon berada jauh di tengah sehingga keberadaan rumpon dinilai tidak mengganggu masuknya ikan lemuru ke Selat Bali.
“Namun untuk memastikannya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut,” kata Darmawan, Selasa 9 April 2019.
Ikan Lemuru. Foto: Wikipedia

Darmawan lebih condong disebabkan karena cara tangkap ikan yang tidak memperhatikan keberlanjutan eksistensi ikan tersebut. Terutama penangkapan yang terlalu banyak dan memasukkan yang kecil dalam tangkapan hingga belum sempat berkembangbiak untuk menjaga stok berikutnya.
"Kalau kita cari kesalahan yang lain (misalnya pengguna rumpon), sedangkan kita tetap dengan kebiasaan penangkapan yang lama, saya kira tidak akan berpengaruh," katanya.
Ia menyebutkan ada ada pengaturan pemerintah berupa Surat Keputusan Bersama Gubernur Jawa Timur dan Bali Tahun 1992 Nomor 38/1992/673/1992 tentang Penetapan Jumlah Alat Tangkap Purse Seine (pukat cincin) di Selat Bali. Izin kapal dengan jaring purse seine yang biasa digunakan untuk menangkap ikan lemuru di Selat Bali dibatasi hanya 273 unit, 190 dari Banyuwangi dan 83 dari Bali.
BACA JUGA: Ke Banyuwangi, Luhut Dialog dengan Nelayan Muncar
Namun Keputusan Menteri (Kepmen) Kelautan dan Perikanan 45 tahun 2011 tentang Estimasi Potensi Sumber Daya Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP NRI) menyebutkan WPP 573, termasuk di dalamnya Selat Bali, berstatus over-exploited atau telah dieksploitasi secara berlebihan.
Meskipun di Kepmen Kelautan dan Perikanan 47 tahun 2016 tekanan penangkapan itu berkurang dan statusnya menjadi fully-exploited atau sudah dieksploitasi penuh.
Ditambah lagi, kata Darmawan, spesifikasi alat tangkap yang digunakan nelayan sudah tidak sama dengan yang terkandung dalam Surat Keputusan Bersama Gubernur Jawa Timur dan Bali Tahun 1992 Nomor 38/1992/673/1992.
Sehingga hasil tangkap per kapal lebih banyak dari yang tercatat tahun 1992, dan kondisi nyatanya semakin jauh dari batas penangkapan yang diharapkan.
BACA JUGA: Menteri Susi Cerita Pernah Hindari Kunjungan ke Muncar
"Persoalannya yang dibatasi jumlah purse sein saja, sedangkan pengguna bagan, gill net, dan payang juga bisa menangkap ikan lemuru. Selain itu dimensi alat tangkap dan (spesifikasi) kapal tidak lagi sama, sekarang kapasitas penangkapannya beda dengan yang dulu," kata Darmawan.
Salah satu nelayan Muncar Umar Hasan Zen mengungkapkan berkurangnya tangkapan ikan lemuru oleh nelayan Muncar karena ikan tersebut terganggu dengan adanya rumpon. Dia mengatakan nelayan kesulitan menjangkau kumpulan rumpon karena terlalu jauh, namun terlihat banyak lampu cahaya di tengah laut yang diduga milik rumpon-rumpon itu. Bahkan kumpulan lampu itu digambarkannya seperti kota di tengah laut.
"Pernah ada kesaksian dari seorang kapten kapal dari Cilacap, bahwa tangkapan ikan nelayan Muncar tidak akan seperti dulu karena ikan-ikan kecil sudah mengendap di rumpon," kata Umar menduga.