Logo

Jurnalis Senior Ini Catat Kegelisahannya dalam Antologi Puisi Tuhan Plis Deh

Reporter:

Sabtu, 04 October 2025 00:00 UTC

Jurnalis Senior Ini Catat Kegelisahannya dalam Antologi Puisi Tuhan Plis Deh

Halaman depan buku antologi puisi "Tuhan Plis Deh..." Karya jurnalis senior Imung Mulyanto.:Foto: Diskominfo Jatim

JATIMNET.COM, , Surabaya – Lebih dari 30 tahun menggeluti dunia jurnalistik, membuat kepekaan sosial Imung Mulyanto semakin tajam.  Namun, tidak semua kepekaannya itu ditulis dalam karya jurnalistik yang sarat dengan deadline ketat.  Pria yang lama menjadi wartawan Harin Sore Surabaya Post ini memiliki cara lain untuk membebaskan ekspresinya. 

Pria yang 12 tahun menjadi jurnalis Arek TV Surabaya ini meluapkan kegelisahannya lewat puisi. Antologi puisi “Tuhan, Plis Deh..” yang merupakan hasil karyanya pun diluncurkan di Ruang Multi Media Kampus STIKOSA-AWS Surabaya, Jumat, 3 Oktober 2025. 

Antologi puisi Imung Mulyanto berisi 50 judul puisi dan dibagi dalam empat bagian, yakni Puisi Cinta Semesta, Puisi Cinta Pertiwi, Puisi Cinta Sesama, dan Puisi Cinta Tuhan. 

BACA: Lomba Puisi Peringati Seabad Chairil Anwar ‘Si Binatang Jalang’

Proses pembuatan karya yang akhirnya dibukukan itu dijalankan Imung seperti halnya kegiatan jurnalis. Ada riset, observasi, dan wawancara. Namun, karya itu tercipta dari sisi lain pandangannya tentang realitas sosial. 

“Saat menulis puisi, saya benar-benar menemukan kemerdekaan berekspresi. Mengapa? Karena motif saya menulis puisi benar-benar karena ada yang mengusik hati nurani. Ada amanah rasa. Tidak ada titipan pesan macam-macam, tidak dikejar-kejar deadline,” ungkap Imung seperti dikutip Jatimnet.com dari laman resmi Diskominfo Jawa Timur, Sabtu, 4 Oktober 2025. 

“Ada cukup waktu untuk sublimasi. Bagi saya, puisi menunjukkan personal identity. Inilah saya. Perasaan saya. Ekspresi saya. Inilah catatan kegelisahan saya,” lanjutnya. 

Antologi puisi “Tuhan, Plis Deh..” memang karya solo perdananya. Namun sebelumnya, karya puisi Imung telah mengisi sepuluh buku antologi yang diterbitkan bersama teman-temannya di Komunitas Warumas (Wartawan Usia Emas), Sanggar Patriana Surabaya dan para mantan wartawan Surabaya post. 

BACA: Kisah Nursalim, Jurnalis TV di Jember yang Sukses Tekuni Bisnis Budidaya Ikan Koi

Meskipun relatif banyak karya puisi yang ditulis dan dipublikasikan, Imung menyebut dirinya bukan penyair. Namun, jurnalis yang gemar menulis puisi. 

“Saya tidak berani menyebut diri saya seorang penyair. Tetapi saya berani mendeklarasikan diri bahwa saya adalah seorang penulis, karena saya memang hidup dan menghidupi keluarga saya dari hasil menulis,” katanya.

Puisi menjadi ruang ekspresi bagi Imung karena terinspirasi oleh jurnalis legendaris A. Azis, pendiri Surabaya Post. Dalam buku biografi ‘‘A. Azis Wartawan Kita’ karya Nurinwa, 1985 disebutkan bahwa tokoh tersebut juga menulis puisi, cerpen, dan naskah sandiwara. 

Selain news, A.Azis juga menulis puisi, cerpen, dan naskah sandiwara. Puisi-puisinya yang dimuat di surat kabar Soeara Asia menggelorakan semangat perjuangan di tahun 1945. Bahkan cerpen dan naskah sandiwaranya mendapat pujian dari Usmar Ismail dan para sastrawan di masa itu. 

“Sebagai anak psikologis A.Azis, bawah sadar saya mungkin saja tertular virus dari beliau,” ungkap Imung. 

Zaenal Arifin Emka, dosen STIKOSA-AWS mengapresiasi upaya Imung menghasilkan karya puisi yang akhirnya dibukukan. “Sederhanya jawaban, agar lelah letihnya perjalanan dalam kurun waktu yang panjang tak dilupakan anak cucu yang semakin jauh dari masa hidupnya. Imung tampaknya bukan hanya ingin berbagi kisah, namun juga berbagi hikmah,” kata jurnalis senior yang sekarang fokus mendidik para calon jurnalis masa depan.