Minggu, 04 May 2025 03:00 UTC
Nursalim saat diwawancarai di rumahnya yang juga tempat budidaya ikan koi. Foto: Faizin Adi
JATIMNET.COM, Jember – Ikan koi memiliki daya tarik tersendiri sebagian warga, terutama kalangan penghobinya. Tidak hanya keindahan dan luwesnya gerakan saat berenang di air, ikan ini juga memiliki nilai ekonomi yang relatif stabil. Harganya nyaris tak pernah mengalami pasang surut.
Hal itu merupakan pengalaman Nursalim, salah seorang warga Jember yang membudidayakan ikan asal Jepang tersebut. Menurutnya, ikan tersebut bisa mendatangkan cuan
“Saya memelihara ikan koi ini mulai tahun 2019, lalu ikut Jember Koi Club yang merupakan wadah bagi penggemar ikan koi di sini,“ ujarnya saat ditemui di rumahnya yang sekaligus tempatnya membudidayakan ikan koi di kawasan Tegal Besar, Jember belum lama ini.
“Lalu ketika pandemi, banyak permintaan akan ikan hias seperti koi. Dari situ, kami mulai belajar budidaya,” lanjut Nursalim.
BACA: Penghobi Ikan Hias Akan Mendapat Fasilitas Dari Dinas Perikanan Kabupaten Lamongan
Seiring berakhirnya pandemi, permintaan dan harga ikan koi relatif stabil yang berbeda dengan komoditas lainnya.
Namun di sisi yang lain, memelihara ikan koi dibutuhkan ketelatenan dan ketelitian yang tinggi. Sebab, memelihara ikan koi membutuhkan syarat yang tergolong tidak mudah bagi orang awam.
Para penggemar yang tergabung dalam Jember Koi Club membentuk model kemitraan untuk mengembangkan budidaya ikan koi yang mulai masif sejak pandemi awal melanda.
“Kami membentuk kelompok pembudidaya yang terdiri dari penghobi dan petani. Kami butuh petani, sebagai mitra karena budidaya (pada tahap pembesaran) butuh kolam tanah yang luas dan pengairan yang bagus,” jelas Nursalim yang berlatar belakang sebagai jurnalis televisi di Jember.
BACA: Hobi Pelihara Burung Dara, Warga Mojokerto Bangun Pagupon Rp60 Juta
Para penghobi terlebih dulu memijahkan (mengawinkan) ikan koi di kolam khusus. Tidak sembarang indukan yang bisa dikawinkan. “Harus antara jantan atau betina yang bagus. Kriterianya mulai dari bentuk badan, pola dan faktor lainnya,” ujarnya.
Setelah telur menetas dan anakan berusia 1 bulan, barulah anakan ikan koi tersebut dipelihara di kolam pembesaran yang ada di sawah.
Namun, tidak sembarang sawah. Karena lahan persawahan tersebut harus mendapat perlakuan khusus, mulai dari pembersihan dari predator serta menghilangkan racun dari tanah.
“Kalau telur sudah keluar, maka jantan dan betina harus dipisah agar tidak keracunan amoniak. Juga agar anakannya tidak dimakan indukannya,” tutur Nursalim.
BACA: Mengintip Anggota Polisi yang Sukses Mengembangbiakkan Burung Kakak Tua di Alam
Dari sejak pemijahan hingga pembesaran, menjadi salah satu fase paling menantang bagi seorang pembudidaya ikan koi seperti Nursalim. Sebab, dari 1.000 benih ikan koi ditebar, hanya sekitar setengahnya saja yang bisa bertahan hingga dewasa.
Dari jumlah tersebut, hanya 0,5 hingga 1 persen saja yang masuk kategori ikan koi grade A atau unggulan. Ikan koi yang terbaik ini, biasanya diperjualbelikan secara terbatas hanya di kalangan kolektor atau pembudidaya ikan koi.
Pangsa pasar ini khusus bagi yang mengerti kriteria ikan koi yang berkualitas bagus. Ikan koi unggulan ini yang nantinya akan dijadikan sebagai indukan untuk budidaya atau mengikuti kontes.
“Ikan koi yang diikutkan untuk kontes itu, ukuran kecil saja, harganya mulai dari Rp 1- 2 juta. Kalau sudah menang, harganya bisa meningkat,” tutur alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Jember (FE Unej) ini.
BACA: Pria di Mojokerto Sukses Ternak Tikus Putih, Omzet Jutaan Rupiah
Adapun sebagian besar ikan koi hasil budidaya, akan di jual di Kediri, Blitar atau Bali. Ketiga daerah tersebut selama ini dikenal sebagai sentra bisnis ikan koi.
“Tentu saja harga yang digunakan adalah harga grosir pedagang, lebih murah. Tapi tidak apa-apa, itu kita sudah untung. Dari ketiga daerah tersebut, nantinya ikan koi akan beredar ke banyak daerah,” papar Nursalim.
Sebagai seorang penghobi sekaligus pembudidaya, Nursalim tidak bisa menghitung berapa keuntungan dari bisnisnya ini. Karena kepuasan menjadi hal yang utama.
“Tapi ya tetap untung. Sebagai gambaran saja, ikan koi yang masuk kualitas indukan, bisa dihargai Rp5 juta per ekor. Ikan koi yang kualitas terbaik itu biasanya tidak kita lepas di pasaran. Kita pelihara sendiri, kalau ada sesama penghobi yang berminat, baru kita jual. Tentu saja dengan harga yang lebih mahal daripada di pedagang,” pungkas Nursalim.