Logo

Hobi Pelihara Burung Dara, Warga Mojokerto Bangun Pagupon Rp60 Juta

Reporter:,Editor:

Kamis, 06 January 2022 01:00 UTC

Hobi Pelihara Burung Dara, Warga Mojokerto Bangun Pagupon Rp60 Juta

PAGUPON. Pagupon milik Wawan Priyanto alias Kiplik di Lingkungan Cinde, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto, Kamis, 6 Januari 2022. Foto: Karina Norhadini

JATIMNET.COM, Mojokerto – Seorang pria di Lingkungan Cinde, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto, rela merogoh kocek puluhan juta hanya untuk membangun kandang burung dara atau pagupon setinggi delapan meter di pemukiman padat penduduk.

Wawan Priyanto alias Kiplik, 43 tahun, ini sudah sejak lima tahun lalu atau tepatnya akhir tahun 2017 sudah mulai membangun pagupon berbahan besi dan lantai bordes mobil di belakang rumahnya dengan luas 3x6 meter persegi.
Pembuatan pagupon itu dibiayai dari penghasilannya sebagai penjual atau sales sandal. Pagupon berbahan besi tersebut ditaksir menghabiskan biaya hingga Rp60 juta.

Pagupon dari besi dianggap lebih tahan lama ketimbang pagupon sebelumnya yang terbuat dari kayu dan bambu yang bernilai Rp2 juta.

BACA JUGA: Merawat Merpati Pos Racing, Merpati Penjelajah Ratusan Kilometer

"Namanya hobi, mau gimana lagi. Saya suka melihara dara kentong dari tahun 2015. Sekarang beranak pinak makin banyak, kalau pakai pagupon bahan kayu dan bambu cepat rusak. Dari pada bikin-bikin terus, mending pakai besi lebih kokoh," ucapnya, Kamis, 6 Januari 2022.

Kini, pagupon yang berada di dalam lorong kecil di pemukiman padat ini sudah mampu menampung 50 jodoh (pasangan) atau 100 ekor burung dara yang memiliki bentuk kepala unik itu. Belum lagi puluhan anakan dara kentong yang ada di dasar bangunan berwarna merah itu.

Di ruang yang ada di lantai pertama yang berada di ketinggian enam meter terisi 20 jodoh atau 40 ekor dan yang di lantai dua di ketinggian delapan meter ada 30 jodoh atau 60 ekor.
 
BACA JUGA: Balai Kota Surabaya Semakin Indah dengan Burung Merpati Berbagai Jenis

Ratusan burung dara kentong indukan itu sengaja dirawatnya dan diberi fasilitas cukup mewah untuk hewan. Sebab, nantinya anakan atau piyek yang dihasilkan bisa dipejualbelikan ke sesama penghobi dara kebut dengan harga mulai Rp200 ribu sampai Rp5 juta per ekor.

"Selain hobi merawat, saya memang suka ikut lomba. Nantinya kalau pasangan yang ikut lomba menang, otomatis piyeknya dicari orang. Jadi bisa dijual ke sesama penghobi," ucap ayah dari empat anak ini

Hobi mahalnya ini rupanya mendapat dukungan dari sang istri, Kurnia, 39 tahun, yang sehari-hari mengurus rumah tangga. Ia merelakan suaminya menyisihkan pendapatan keluarga untuk membangun pagupon dengan harga cukup fantastis daripada melakukan hal-hal yang tidak baik.

"Saya enggak papa lah nyisihin dikit-dikit buat bangun, daripada main perempuan, mending main dara saja. Terus tetap tanggungjawab sama keluarga juga itu penting," ucapnya sembari tersenyum.