Minggu, 21 July 2019 10:06 UTC
LUAR GEDUNG. Empat remaja berlatih gandrung di sawah milik Slamet Diharjo di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Minggu 21 Juli 2019. Foto: Ahmad Suudi.
JATIMNE.COM, Banyuwangi – Tidak hanya di sanggar dan gedung sekolah, anak-anak Banyuwangi juga belajar kesenian gandrung, di area sawah. Seperti yang terlihat di sawah milik keluarga Slamet Diharjo (34) di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Minggu 21 Juli 2019.
Empat remaja perempuan belajar menari gandrung menggunakan sampur (selendang tari) dan kipas merah. Sesekali mereka tertawa dan berinteraksi untuk mengompakkan gerakan tari dan langkah kaki di atas tanah.
"Kalau latihan di sekolah getakan-nya (ketukan tempo) langsung cepat. Di sini lambat dulu, baru kalau sudah bisa pakai getakan cepat,” kata Nurfinda Yulianti (14) siswa kelas 3 SMP Negeri 2 Glagah, yang ikut latihan menari.
BACA JUGA: Sesepuh Gandrung Reuni, Sebut Generasi Sekarang Gandrung-gandrungan
Di belakang ada perangkat musik tradisional berupa sebuah slenthem, dua saron dan peking yang ditumbuki pemain memakai palu kayu mengikuti tempo dan nada lagu. Alat musik lain yang dominan kendang, dilengkapi gong, kecrek, kluncing, dan angklung.
Kelompok panja atau pemain musik tradisional laki-laki itu tak kalah ceria bermusik sambil bercanda. Dikelilingi tanaman padi, kebun jeruk, dan sebuah pohon manggis, angin sepoi-sepoi membantu mengusir terik matahari.
“Pernah tampil di depan tamu wisatawan. Selain Gandrung, saya bisa tari Rodhat Syi'iran dan Cunduk Menur,” kata Finda, sapaan Nurfinda, yang mengaku berlatih tari sejak duduk di bangku TK.
Dia juga mengaku mendapatkan dukungan dari orang tua, yang akan membiayai bila Finda terus berlatih tari. Finda ingin menjadi guru tari saat dewasa kelak, sehingga berencana terus melatih kemampuannya di semua jenis tarian.
BACA JUGA: Festival Manten Nusantara Ajang Adu Kualitas Sanggar Rias Banyuwangi
Samsul, sapaan Slamet Diharjo, sempat mendapat cegahan dari keluarga saat menyatakan ingin membuka sanggar di sawah. Namun dirinya berhasil meyakinkan keluarga bahwa menjadikannya sebagai Sawah Art Space juga memberikan nilai ekonomi.
Rencananya pada Agustus tahun ini dirinya mulai menerima siswa di sanggar sawah itu, di samping berbagai event seni lainnya. Mulai mengajar tari pada anak-anak tahun 2009 di rumahnya, istirahat mulai 2015, kini ia ingin memulai kembali.
“Akhirnya jadi seperti yang saya impikan, mengajar menari di tengah sawah, lebih menyatu dengan alam,” ujar Samsul.