Logo

Masa Pandemi, Sampah di Mojokerto Naik 20 Persen dan Didominasi Plastik

Reporter:,Editor:

Senin, 12 April 2021 10:40 UTC

Masa Pandemi, Sampah di Mojokerto Naik 20 Persen dan Didominasi Plastik

TPA RANDEGAN. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Randegan di Kota Mojokerto. Dok: Pemkot Mojokerto

JATIMNET.COM, Mojokerto – Sejak satu tahun terakhir di masa pandemi Covid-19, sampah plastik di Kota Mojokerto meningkat drastis per harinya. Akibatnya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Randegan, Kota Mojokerto, penuh.

"Sekarang sampai 80 ton hingga 90 ton per hari. Sebelumnya hanya 70 ton, meningkatnya hampi 20 persen. Sangat signifikan per Januari (2021) awal," kata Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mojokerto Amin Wachid, Senin, 12 April 2021.

Pihaknya memang mengakui adanya kesulitan dalam penanganan sampah rumah tangga yang didominasi sampah plastik. Terlebih, kebiasaan warga yang lebih senang memesan makanan dan minuman dengan kemasan plastik melalui aplikasi online di tengah pandemi yang belum berakhir.

"Soalnya sedikit-dikit go food, jadi makin banyak sampah plastiknya. Ketimbang (Daripada) masak sendiri di rumah," katanya.

Dampaknya, terjadi tumpukan sampah yang signifikan di lahan TPA dengan luas kurang dari 500 meter persegi itu. Sehingga, upaya sementara yang dilakukan adalah melakukan open dumping dan gali tutup (sanitary landfill) sampah di TPA Randegan.

BACA JUGA: Selama Pandemi, Sampah Medis di Mojokerto Meningkat

Kendati dengan cara ini bisa menghasilkan gas metan, pihaknya mengaku akan melaporkan hal ini ke Wali Kota Mojokerto terkait bagaimana solusi mengatasi kelebihan kapasitas sampah.

"Agar bisa menekan kerawanan kebakaran tumpukan sampah di musim kemarau, maupun efek tidak sehat dari lingkungan yang ditimbulkan," ujarnya.

Ia menyebut pemerintah provinsi sudah menawarkan alternatif lain, yakni pembuangan sampah ke lahan TPA Regional di Kacamatan Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto.

Tapi pihaknya lebih memilih akan melakukan kerjasama dengan pihak swasta atau orang ketiga dalam pengelolaan sampah di TPA Randegan.

"Memang bisa menerima dari Lamongan, Kabupaten (Mojokerto), dan Kota Mojokerto. Tapi karena jauh jaraknya dari Kota Mojokerto ke Dawar (Kecamatan Dawarblandong), akhirnya membuat biaya operasional semakin tinggi dan untuk itu kami bertulis surat ke Bu Wali untuk pengelola sampah zero wash," katanya.

BACA JUGA: Pengelolaan Sampah Minim, TPA Liar di Mojokerto Bermunculan

Amin yang juga Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Mojokerto itu menyebut pengelola dari pihak swasta nantinya mengelola semua sampah di TPA Randegan. Selain itu, vendor yang bekerjasama tidak menyertakan APBD dalam memasukkan alat pengelolaan sampah plastik dan tidak melakukan cost sharing atau berbagi biaya.

"Kami akan usulkan untuk dilibatkan pihak swasta, sehingga Bu Wali berkenan MoU dengan pihak swasta mana yang kami undang untuk presentasi. Lalu di level kami baru kerjasamanya dimana tahun keempat atau kelima mereka justru memberikan APBD ke kita," katanya.

Selain akan dilakukan kerjasama dengan pihak swasta dalam pengelolaan TPA Randegan, tanpa menambah perluasan lahan, ia memastikan akan mengaktifkan kembali Bank Sampah di Kota Mojokerto hingga Rukun Tetangga (RT) di 187 Rukun Warga (RW).

"Tugas pemerintah tetap mengupayakan untuk membawa sampah itu dari TPS ke TPA. Kedua, upaya pengurangan sampah adalah mengaktifkan kembali Bank Sampah (BS) yang sempat berkurang di RW dan membuat efektivitas BS di tingkat RT," katanya.