Rabu, 24 December 2025 11:30 UTC

Buku #Reset Indonesia karya Dandhy Laksono, Farid Gaban, Yusuf Priambodo, dan Benaya Harobu yang menuai kontroversi. Bedah buku di Kabupaten dibubarkan aparat. Foto: Facebook Farid Gaban
JATIMNET.COM, Madiun – Pembubaran bedah buku “Reset Indonesia” di Kabupaten Madiun berbuntut pada aksi demonstrasi oleh Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Madiun di depan Kantor Pusat Pemerintahan Kabupaten Madiun, Rabu, 24 Desember 2025.
Dengan membentang beberapa spanduk dan berorasi, para mahasiswa menuntut klarifikasi dari Camat Madiun Muchsin Harjoko yang telah membubarkan bedah buku di Pasar Pundensari, Desa Gunungsari, Kecamatan/Kabupaten Madiun, Sabtu pekan lalu.
Video pembubaran acara itu sempat ramai di media sosial. Yang belakangan menjadi sorotan oleh khalayak adalah Muchsin Harjoko, Camat Madiun.
BACA: Bedah Buku “Reset Indonesia” Dibubarkan, Begini Tanggapan Polisi dan Camat Madiun
Sebuah video menunjukkan upaya Muchsin membubarkan acara. Beberapa peserta diskusi buku “Reset Indonesia” yang telah hadir diminta meninggalkan Pasar Pundensari.
Panitia acara juga diminta memberesken beberapa eksemplar buku karya Dandhy Laksono, Farid Gaban, Yusuf Priambodo, dan Benaya Ryamizard Harobu yang dipajang di sebuah meja penerima tamu.
Saat itu, peserta yang hendak masuk ke lokasi acara pun diminta putar balik oleh Muhsin. Alasannya, acara diskusi tersebut tidak mengantongi izin. Namun, pihak panitia mengaku telah menyampaikan pemberitahuan kepada pihak kepolisian.
Salah satu peserta bedah buku yang hadir adalah Ismail Hamdan Hidayatuloh Fauzan, koordinator aksi oleh Aliansi BEM Madiun. Ia menilai pembubaran kegiatan diskusi buku merupakan tindakan yang melanggar hak intelektual dan kebebasan akademik.
BACA: Bedah Buku Dibubarkan, Mobil Tim Penulis “Reset Indonesia” juga Dilempar Telur
Menurutnya, kegiatan literasi seperti bedah buku merupakan ruang publik yang sah dan tidak melanggar aturan.
“Kami hadir di lokasi dan sangat kecewa kegiatan tersebut dibubarkan. Di daerah lain, buku ini justru diterima dengan baik bahkan difasilitasi pemerintah setempat,” ungkap Ismail saat berorasi.
Setelah aksi mahasiswa berakhir, Muchsin datang dan menyampaikan permohonan maaf atas pembubaran bedah buku yang dilakukannya. “Mohon maaf, saya sampaikan hanya permintaan maaf sekali lagi,” ucap Muhsin.
Selain menyampaikan permohonan maaf di depan mahassiwa, Muchsin juga mengakui sama sekali belum membaca buku yang diskusinya dibubarkannya. “Sejujurnya belum pernah,” ucap Muhsin.
