Jumat, 01 February 2019 02:15 UTC
Ilustrasi: Kemenag.go.id
JATIMNET.COM, Jakarta - Kementerian Agama akan membangun 16 Pusat Layanan Haji dan Umrah Terpadu (PLHUT) pada tahun 2019 ini. Proyek yang akan dikelola Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) itu berada di 16 Kabupaten dan Kota.
Direktur Pelayanan Haji Dalam Negeri Muhajirin Yanis mengatakan bahwa pembangunan PLHUT bersumber dari Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Alokasi angggaran dari SBSN untuk pembangunan 16 PLHUT itu sekitar Rp 36 miliar.
Ke-16 kabupaten atau kota penerima dana SBSN pembangunan PLHUT tahun 2019 itu antara lain Kota Padang, Bandar Lampung, Pandeglang, Cirebon, Bekasi, Brebes, Kota Semarang, Banyumas, Tegal, Jember, Sidoarjo, Malang, Kota Pontianak, Lombok Tengah, Wajo, dan Tuban.
BACA JUGA: Kemenag Kelola Rp 2,7 Triliun Anggaran SBSN 2019
Sebagai persiapan, Direktorat Jenderal PHU mengundang para Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) proyek untuk rapat koordinasi. “Pembangunan PLHUT merupakan program inovasi layanan haji. Kemenag Kabupaten/Kota ujung tombak pelayanan jemaah haji dan umrah maka harus mendapat perhatian lebih besar untuk meningkatkan layanan kepada Jemaah,” jelas Yanis melalui siaran pers Kamis 31 Januari 2019.
Ia mengatakan pembangunan 16 PLHUT tahun ini merupakan pilot project atau proyek pertama Kemenag. Sebelumnya, alokasi dana SBSN digunakan untuk merevitalisasi asrama haji.
“Sebagai pilot project, pembangunan PLHUT tahun ini harus selesai dalam satu tahun anggaran dengan kualitas yang baik. Jangan sampai tidak selesai atau kualitasnya tidak baik,” tegas Yanis.
Dia mengingatkan agar percepatan pembangunan dan kontrol kualitas PLHUT benar-benar dilakukan. Keberhasilan proyek PLHUT tahun ini akan berdampak pada keberlangsungan proyek berikutnya untuk daerah lain.
BACA JUGA: Kemenag Alokasikan Rp 10 triliun untuk Guru Madrasah
“Prototipe sudah kami siapkan. RAB juga telah dihitung seluruhnya, tinggal tiap daerah menyesuaikan perhitungannya dalam kontrak. Semua kami lakukan supaya tidak ada keterlambatan,” imbuhnya.
Bentuk bangunan PLHUT harus mengikuti prototype yang telah ada. Hal itu menurut Yanis supaya bangunan PLHUT di semua daerah memiliki bentuk dan ciri yang sama. “Ciri khas bangunan (image) ini penting supaya masyarakat lebih mudah mengenali gedung PLHUT,” pungkasnya.
PLHUT ini dirancang terdiri dari dua lantai seluas 400 meter persegi. Lantai satu digunakan untuk ruang pelayanan jemaah dan lantai dua untuk ruang serbaguna yang dapat digunakan sebagai ruang bimbingan manasik. Ke depan, PLHUT juga berpotensi menyumbang pendapatan negara melalui PNBP.