Logo

Kasus Terus Melandai, RS Lapangan Tembak Nihil Pasien Covid-19

Reporter:,Editor:

Selasa, 10 August 2021 07:40 UTC

Kasus Terus Melandai, RS Lapangan Tembak Nihil Pasien Covid-19

Rumah Sakit Lapangan Tembak (RSLT), berada di Kelurahan Kedung Cowek, Kecamatan Bulak, Kota Surabaya mulai beroperasi, Kamis, 8 Juli 2021. Foto: Humas Pemkot Surabaya/Dokumen

JATIMNET.COM, Surabaya - Penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 berdampak pada menurunnya kasus Covid-19 di Kota Surabaya. Bahkan, sejak Senin 9 Agustus 2021 kemarin, Rumah Sakit Lapangan Tembak (RSLT) Surabaya telah nihil pasien Covid-19.

"Terkait RSLT, Alhamdulillah mulai dari kemarin Senin (9 Agustus 2021) sudah tidak dihuni oleh orang-orang yang terkena Covid-19," kata Kepala Bagian Humas Pemkot Surabaya Febriadhitya Prajatara, Selasa 10 Agustus 2021.

Ia menjelaskan, sebelumnya RS Lapangan Tembak yang dikelola pemkot pernah dihuni sampai 100 pasien. Namun, dengan adanya pelaksanaan PPKM Level 4, serta meningkatnya disiplin warga terhadap protokol kesehatan (prokes), sehingga kasus Covid-19 di Surabaya bisa terus melandai.

"Alhamdulillah karena memang pelaksanaan PPKM Level 4 ini dan juga bantuan dari warga Kota Surabaya yang disiplin terhadap prokes, sehingga kondisi Covid-19 di Surabaya mulai melandai," ia menjelaskan.

Baca Juga: Anak Yatim Piatu Akibat Covid-19 di Gresik Dibantu Dukungan Psychosocial

Meski nihil pasien,sekarang ini RS Lapangan Tembak masih dalam posisi standby. Artinya, sarana prasarana yang ada tetap disiagakan untuk mengantisipasi apabila sewaktu-waktu dibutuhkan. Apalagi penularan Covid-19 ini bisa saja terjadi karena adanya pergerakan antar manusia.

"Asalkan kita bisa tetap menjaga prokes, menjaga jarak, kebersihan dan juga mengikuti vaksin, Insya Allah akan terjadi suatu perlindungan di Surabaya," ia menuturkan.

Febri juga menyatakan bahwa kasus Covid-19 di Surabaya dapat melandai karena dilatarbelakangi dengan meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap warga di sekitar. Hal ini tentu didukung oleh satgas dari kecamatan dan kelurahan yang responsif melakukan mediasi dan evakuasi ketika ada warga yang terpapar Covid-19.

"Ketika ada yang terpapar Covid-19 di Surabaya, teman-teman dari satgas kecamatan maupun kelurahan melakukan mediasi untuk bisa ditaruh di rumah sehat maupun Hotel Asrama Haji (HAH). Kalau seandainya gejala agak sedang maupun ke arah berat, maka akan langsung dirujuk ke RSUD dr Soewandhie," ia menerangkan.

Baca Juga: Keberhasilan Menanggulangi Covid-19 Tak Bisa Diukur dari Efektivitas PPKM

Di samping itu, kasus Covid-19 di Kota Surabaya terus melandai karena pihaknya juga terus masif melakukan penanggulangan di tingkat hulu. Makanya, setiap ada warga yang terpapar langsung dilakukan perawatan secara terpadu di rumah sehat.

"Jadi kenapa ini (kasus) bisa landai, karena kami mencoba untuk melakukan pemutusan mata rantai di awal (hulu). Karena sebanyak apapun hilir ketika luapan dari hulu banyak, maka akan jebol juga. Karena itulah ditampung di rumah sehat atau di HAH," ia mengungkapkan.

Adapun per tanggal 9 Agustus 2021, ada sebanyak 2.090 warga di Surabaya yang melakukan isolasi mandiri. Dari jumlah tersebut, sebanyak 1.696 warga dapat dimediasi ke rumah sehat untuk isolasi terpadu (isoter).

"Satgas dari pemkot kemudian dibantu TNI POLRI juga kemampuan dari Pak Camat dan Lurah itu berhasil melakukan mediasi kepada 1.696 orang dari total 2.090 (isoman) untuk bisa dilakukan isolasi terpadu," ia menguraikan.

Baca Juga: Gelar Nikah pada PPKM Level 4, Kakak Anang Hermansyah Didenda Rp10 Juta

Sedangkan untuk sisanya, mereka melakukan isoman di rumah. Menurut Febri, ini berdasarkan hasil asesmen Satgas Covid-19 yang merekomendasi bahwa rumah mereka layak digunakan untuk isoman. Tentunya warga yang isoman tersebut di bawah pantauan atau monitoring tenaga kesehatan di puskesmas setempat.

"Karena yang lain dilihat rumahnya itu ketika diasesmen memungkinkan untuk dilaksanakan isoman. Tapi yang melakukan isoman itu tetap dilakukan pemantauan atau monitoring oleh petugas puskesmas," ia menegaskan.

Dengan adanya rumah sehat tersebut, penanganan Covid-19 yang dilakukan pemkot bisa lebih cepat. Di lain hal, tenaga kesehatan juga lebih mudah memberikan penanganan kepada warga di rumah sehat apabila sewaktu-waktu membutuhkan kedaruratan.

"Alhamdulillah dengan adanya rumah sehat atau isoter ini penanganan bisa lebih cepat dan penularan klaster keluarga bisa dicegah," ia menekankan.

Sementara itu, di Rumah Sakit Indoor Gelora Bung Tomo (GBT) Surabaya, per hari ini masih dimanfaatkan untuk isoter oleh 44 warga. Mereka diketahui memiliki gejala ringan hingga sedang.

"Gejalanya ada yang sedang dan ringan. Tapi sampai hari ini Insya Allah terkendali, pasien juga diperhatikan maksimal oleh petugas di lapangan," ia memungkasi.