Logo

Kasus Kerusuhan di Jatim, Kapolda: Ada Kelompok Anarko yang Menyusup

,

Kamis, 18 September 2025 07:00 UTC

Kasus Kerusuhan di Jatim, Kapolda: Ada Kelompok Anarko yang Menyusup

Sejumlah tersangka kasus kerusuhan yang menyusupi aksi demonstrasi di beberapa wilayah diamankan di Mapolda di Jawa Timur. Foto: Januar

JATIMNET.COM, Surabaya - Kepolisian Daerah Jawa Timur (Polda Jatim) mengamankan sejumlah tersangka baru terkait aksi perusakan, penjarahan, dan perusakan fasilitas umum yang terjadi serentak di beberapa wilayah.

Kapolda Jatim Irjen Pol Nanang Avianto menyebut, penindakan ini dilakukan usai aparat menemukan bukti kuat adanya kelompok anarko yang menyusupi aksi mahasiswa dan masyarakat. Salah satunya ojek online (Ojol) di Jatim.

“Dari penanganan yang sudah kami lakukan, ada beberapa tersangka baru yang diamankan. Bagi anak di bawah umur, kami kembalikan ke orang tuanya karena sebagian besar ikut-ikutan tanpa sepengetahuan keluarga. Namun, untuk pelaku dewasa yang terbukti melakukan perusakan kami proses hukum,” katanya saat konferensi pers di Mapolda Jatim, Kamis, 18 September 2025.

Menurut Nanang, aksi unjuk rasa yang awalnya berupa penyampaian pendapat telah bergeser menjadi tindakan kriminal.

Aparat mencatat ada 111 orang masyarakat sipil yang sempat dirawat akibat kericuhan. Hal serupa juga dialami 105 personel polisi dan 12 anggota TNI, meski kini sebagian besar sudah kembali bertugas.

“Ini bukan lagi penyampaian pendapat, tapi murni tindak pidana. Ada korban dan kerugian yang cukup besar, baik bagi pemda maupun Polri,” ujarnya.

BACA: Kejari Surabaya Siapkan Jaksa Kasus Pembakaran Gedung Grahadi dan Polsek Tegalsari

Irjen Nanang menjelaskan, salah satu kasus terjadi di Pos Polisi Waru, Sidoarjo, pada 29 Agustus 2025 malam. Polisi menangkap 40 orang, terdiri dari 12 orang dewasa dan 28 anak. Dari jumlah itu, 22 dipulangkan dan 18 orang menjalani proses hukum.

“Para pelaku melakukan penyerangan terhadap petugas, merusak pos polisi, bahkan berupaya membakar anggota dengan menyiramkan bensin,” kata Kapolda Jatim.

Beberapa tersangka yang diamankan antara lain berinisial BNJ (21), AY (21), MPS (20), BS (18), dan BLM (24). Nama terakhir, BLM, terekam dalam video yang viral di media sosial karena aktif menyerang petugas.

"Saat kami melakukan penggeledahan, menemukan sejumlah buku bacaan berisi paham anarkisme," tutur Irjen Pol Nanang.

Barang bukti yang disita antara lain 11 buku berpaham anarkisme, 42 buah batu, 10 jaket hoodie, 2 kotak polisi, 18 telepon genggam, 9 unit motor, rompi, serta tameng polisi yang dirampas massa.

BACA89 Pembakar Gedung Grahadi dan Mapolsek Tegalsari Diamankan Polisi

Selain di Sidoarjo, kerusuhan juga terjadi di Kota Malang. Polisi mencatat, 61 orang diamankan terdiri atas 40 orang dewasa dan 21 anak. Dari jumlah itu, 18 orang telah ditetapkan sebagai tersangka.

“Para pelaku di Malang terlibat dalam provokasi, pelemparan batu, perusakan fasilitas umum, hingga pelemparan bom molotov ke arah petugas,” jelas Kapolda.

Beberapa tersangka antara lain EPI (19), GDT (22), JMN (20), FG (19), PPA (25), dan APS (18). Mereka terbukti merusak fasilitas, mulai dari kantor polisi hingga kantin.

Kapolda Jatim menegaskan, polisi masih mengembangkan penyidikan untuk mengungkap aktor intelektual di balik aksi anarkis tersebut. Aparat menduga ada organisasi anarko yang memobilisasi massa lintas kota.

“Pergerakan ini masif, terjadi hampir serentak di 10 kota. Kami masih mendalami siapa penggerak, perancang, dan penyandang dananya. Sekecil apa pun informasi, kami tindak lanjuti,” tegas Irjen Pol Nanang.

Ia juga menyebutkan bahwa dalam aksi di depan Polrestabes Surabaya, ada mahasiswa yang ditahan oleh kelompok anarko sehingga tidak bisa pulang.

“Mahasiswa ini kasihan, mereka hanya ingin menyampaikan pendapat. Tapi, ada kelompok anarko yang menyusup. Kami amankan mereka agar tidak menjadi korban,” ucapnya.

Polda Jatim memastikan akan terus menindak tegas pelaku anarkis tanpa pandang bulu. Namun, terhadap anak di bawah umur, pendekatan persuasif dengan melibatkan orang tua tetap diutamakan.

“Anak-anak ini sebagian hanya ikut-ikutan, mencari jati diri, dan gampang terprovokasi. Karena itu kami kembalikan ke orang tuanya, agar mereka mendapat pengawasan lebih baik,” kata Kapolda.

Hingga kini, Polda Jatim bersama jajaran polres di 10 kota masih melakukan penyelidikan lebih lanjut. Aparat berkomitmen mengungkap dalang intelektual yang mendesain dan membiayai aksi perusakan.

“Kami tidak ingin aksi anarkis ini terulang. Penegakan hukum akan terus berjalan,” pungkas Nanang.