Jumat, 28 May 2021 12:40 UTC
KAMPANYE PLASTIK. Nonton bareng film "Pulau Plastik" di CGV Roxy Jember, Rabu, 26 Mei 2021. Foto: Panitia Pemutaran Film "Pulau Plastik"
JATIMNET.COM, Jember – Sampah plastik menjadi ancaman serius bagi dunia. Sayangnya, meski kampanye terus digaungkan, belum banyak masyarakat yang menyadari akan ancaman limbah plastik yang kian merusak alam. Kondisi ini yang mendorong sejumlah komunitas pecinta lingkungan hidup di Jember menggelar pemutaran film dokumenter berjudul “Pulau Plastik”.
“Kami berharap setelah menonton film ini, masyarakat bisa semakin sadar, bermuhasabah diri tentang perilaku konsumsi plastik yang tidak tepat,” ujar Nurul Hidayah atau yang akrab disapa Cak Oyong, salah satu penggagas acara pemutaran film, Jumat, 28 Mei 2021.
Pemutaran film “Pulau Plastik” di Jember digagas empat komunitas pecinta lingkungan hidup, yakni komunitas Gak Pake Nyampah, Sobung Sarka, Zero Waste Jember, dan Coolino. Acara nonton bareng digelar dua kali, yang pertama pada Rabu, 26 Mei 2021, dan Sabtu, 29 Mei 2021, di CGV Roxy Jember.
BACA JUGA: Temuan Mikroplastik dalam Biota Laut, Diduga dari Sampah Plastik Sungai
“Untuk pemutaran besok, kita akan lanjutkan dengan diskusi tentang pentingnya pengurangan konsumsi sampah. Ini diharapkan untuk kesadaran masyarakat akan konsep 3R,” tutur pria yang juga penggagas Sobung Sarka ini.
Menurut Cak Oyong, ada persepsi yang kurang tepat di masyarakat mengenai konsep 3R. Konsep terdiri dari Reduce (pengurangan), Reuse (penggunaan kembali), dan Recycle (daur ulang). Ketiga konsep tersebut seharusnya dijalankan dengan prioritas yang berurutan.
“Jadi yang diutamakan terlebih dahulu harusnya adalah pengurangan, lalu penggnaan kembali baru kemudian daur ulang. Bukan daur ulang yang diutamakan. Ini yang kita harapkan bisa memahami,” ujar Oyong.
BACA JUGA: Ecoton Desak Pemkot Surabaya Keluarkan Kebijakan Sampah Sekali Pakai
“Pulau Plastik” merupakan film dokumenter yang digagas Gede Robi Supriyanto, vokalis Band Navicula dalam menelusuri dampak parahnya pencemaran akibat limbah plastik yang belum banyak disadari masyarakat. Film yang disutradarai jurnalis senior Dandhy Laksono dan Rahung Nasution itu juga menampilkan sosok pengacara muda asal Jakarta, Tiza Mafira, dan ahli biologi sungai asal Jawa Timur, Prigi Arisandi, yang juga Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah atau Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton).
Dari puluhan ton sampah plastik yang dibuang setiap harinya, sebagian besar berakhir di laut, terpecah menjadi mikroplastik, masuk ke tubuh biota laut, hingga berakhir di dalam tubuh kita.
“Di film tersebut juga digambarkan tentang penelitian yang dilakukan Robi Navicula terhadap 100 responden. Hasilnya, ternyata dari 100 orang itu, semua fesesnya mengandung mikro plastik,” ujar Oyong.
Pelaksanaan nobar film dilakukan dengan standar protokol kesehatan yang cukup ketat. “Karena kita juga berkomitmen taat pada standar protokol kesehatan,” kata Oyong.