Logo

Ini Lima Daerah Rawan Longsor di Mojokerto

Reporter:,Editor:

Senin, 10 February 2020 03:45 UTC

Ini Lima Daerah Rawan Longsor di Mojokerto

LONGSOR: Hujan lebat di wilayah Pacet Kabupaten Mojokerto menyebabkan terjadi tanah longsor di jalur penghubung Pacet-Trawas dan harus ditutup. Foto: Karin/Dok.

JATIMNET.COM, Mojokerto - Pasca terjadinya longsor di tebing setinggi 30 meter di Desa Mligi, Desa Claket, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto, pada Jumat 7 Februari 2020. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mojokerto akan melakukan antisipasi dengan memberikan informasi, terutama mengenai titik yang dianggap rawan longsor.

Dalam catatan dan data BPBD setelah melakukan koordinasi dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) mengenai update peta geologi terdapat lima titik rawan longsor bencana alam. Yakni Kecamatan Pacet, Kecamatan Trawas, Kecamatan Ngoro (Desa Wotanmas Jedong), Kecamatan Gondang (Desa Kalikatir, Desa Begaganlimo, Desa Dilem) dan Kecamatan Jatirejo.

"Lima wilayah kecamatan inilah yang mempunyai potensi bencana alamnya sangat serius. Nantinya akan diinformasikan, di masing-masing kecamatan untuk menyampaikan ke warganya agar waspada bencana longsor susulan," kata Kepala BPBD kabupaten Mojokerto Moch. Zaini, Senin 10 Februari 2020.

BACA JUGA: Longsor, Jalur Penghubung Pacet - Trawas Tertutup

Seperti diketahui, tebing longsor di Pacet pada Jumat 7 Februari itu mempunyai ketinggian 30 meter. Dari hasil kajian di lapangan masih ada tebing yang mempunyai ketinggian 100 meter dan potensinya sangat membahayakan.

"Kalau itu ambrol (Longsor), potensi tebing 100 meter sangat membahayakan. Apalagi nantinya disertai dengan hujan lebat, makin mengkwatirkan, bakal terjadi bencana alam tanah longsor dan belum lagi terjadi banjir," ujar Zaini.

Saat ini, kata Zaini, yang dikwatirkan dan di waspadai itu adalah Gunung Welirang atau di perbukitan Pacet saat terjadi hujan deras lebih dari tiga jam. Hal ini bisa menjadi ancama serius.

BACA JUGA: Tebing Longsor, 13 Keluarga Terancam Kehilangan Rumah

Apalagi, tahun 2019 kemarin itu terjadi kebakaran hutan yang luasnya sekitar seribu hektare. Keberadaan hutan itu sendiri selama ini sudah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan tumbuhan lainnya.

Hutan sebagai suatu ekosistem tidak hanya menyimpan sumberdaya alam berupa kayu, tetapi banyak potensi non kayu yang dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat melalui budi daya tanaman pertanian pada lahan hutan. 

Sebagai fungsi ekosistem hutan sangat berperan dalam berbagai hal seperti penyedia sumber air, penghasil oksigen, tempat hidup berjuta flora dan fauna, dan peran penyeimbang lingkungan, serta mencegah timbulnya pemanasan global.

"Vegetasi atau pohon-pohon hutan yang biasa jadi penguat tebing sudah tidak ada sama sekali, dan pembuatan terasering oleh warga setempat tidak dibuat secara baik sehingga daerah serapan air semakin berkurang," katanya.