Kamis, 10 March 2022 05:00 UTC
Guru Besar Bidang Ilmu Teknik Sipil UK Petra Prof. Antoni saat menunjukkan karya limiahnya daur ulang limbah fly ash jadi pengganti semen dalam beton. Foto: Restu
JATIMNET.COM, Surabaya - Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) sangat banyak beroperasi di Indonesia, dengan bahan bakar utamanya adalah batubara. Proses pembakaran batubara ini pun menghasilkan limbah padat, atau yang lebih dikenal luas sebagai fly ash (abu terbang).
“Jika dibuang begitu saja, dibiarkan menumpuk dan tidak diolah, limbah fly ash ini dapat menyebabkan pencemaran lingkungan secara massif. Di tahun 2021 saja, jumlah limbah fly ash yang dihasilkan di Indonesia tidak kurang dari 8,7 juta ton per tahun. Sementara yang berhasil di daur ulang hanya lebih kurang 10 persen saja,” kata Guru Besar Bidang Ilmu Teknik Sipil UK Petra Prof. Antoni.
Sebagai informasi, sebelum adanya Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021, mulanya fly ash dikategorikan sebagai material limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun). Hal ini lantaran fly ash merupakan limbah dari proses pembakaran PLTU.
“Karena itu kualitasnya juga bervariasi terhadap waktu. Hal ini disebabkan adanya perbedaan sumber batubara, temperatur pembakaran batubara, dan variabel lainnya,” ia menuturkan.
Baca Juga: Tiga Mahasiswa UK Petra Raih Beasiswa MBUS, Kuliah Online di Kampus Internasional
Berdasar itulah, pria yang kini menjabat sebagai Kepala Laboratorium Beton dan Konstruksi UK Petra tersebut ingin mengingatkan apabila kita ingin memanfaatkan fly ash khususnya dari PLTU, maka perlu juga memahami dengan baik kualitasnya.
“Sebagai limbah, tidak semua fly ash memiliki kualitas yang baik dan seragam, perlu melalui berbagai tahap evaluasi terlebih dahulu. Dalam penelitian, kami mengembangkan metode quality control mutu fly ash dengan cepat, kami sebut dengan Rapid Indicator,” ia menjelaskan.
Nah, kemudian apabila kita sudah bisa memahami kualitas dan memanfaatkan fly ash dengan maksimal, tidak menutup kemungkinan produksi beton di Indonesia bisa dilakukan secara massal. Meskipun selama ini fly ash sudah mulai dimanfaatkan dalam pembuatan beton di Indonesia, namun umumnya hanya dengan kadar rendah.
Baca Juga: Luminous Jadi Ajang Unjuk Kreatifitas Mahasiswa FHIK UK Petra Membuat Ornamen Imlek
“Antara untuk menggantikan semen sebesar 20-30 persen saja. Padahal, kadar penggunaannya ini masih bisa ditingkatkan kembali hingga 100 persen. Agar kualitas beton dapat dijaga tetap bagus, kembali lagi kualitas fly ash yang digunakan perlu melalui proses quality control,” ia menegaskan.
Menurut dosen yang pernah meraih Best Paper di Konferensi Internasional di Singapura itu, limbah abu terbang (fly ash) menjadi masalah lingkungan yang nyata. Sehingga dengan pemanfaatan limbah abu terbang yang baik secara konsisten akan mengurangi masalah lingkungan, sekaligus mengurangi penggunaan semen.
“Dimana proses produksi semen juga menghasilkan gas karbondioksida yang meningkatkan efek rumah kaca. Maka dari itu saya meneliti lebih jauh bagaimana caranya mendaur ulang fly ash ini agar bisa menjadi bahan baku beton yang berkualitas, dengan mengurangi bahan semennya,” ia mengungkapkan.
Baca Juga: UK Petra Gencarkan Aplikasi Peduli Lindungi di Lingkungan Kampus
“Pemanfaatan semen yang efisien dan efektif, disertai dengan pemanfaatan limbah abu terbang sebagai material pengganti sebagian semen, mampu menghasilkan mutu beton yang baik dan tahan lama serta mempunyai nilai ekonomis tinggi. Biasanya beton yang menggunakan fly ash ini akan berwarna agak kecoklatan dan terjadi peningkatan mutu pada umur lanjut,” ia menambahkan.
Lebih lanjut, Prof. Antoni menyebut beton yang dicampur dengan fly ash sebagai pengganti semen, ketahanannya bisa lebih tinggi dibanding hanya menggunakan semen biasa, mengingat beton yang dihasilkan bertambah padat, lebih kuat, dan dari sisi kualitasnya lebih bagus. Ia pun berharap fly ash ini bisa lebih banyak dimanfaatkan oleh industri.
“Jadi kalau untuk bangunan rumah sudah banyak yang pakai, tapi masih ada stigma negatif dari fly ash yang sebelumnya dikategorikan B3, jadi dianggap masih berbahaya. Sementara kalau dari penelitian teman-teman yang berkecimpung dalam pemanfaatan fly ash ini aman, sama seperti debu yang biasanya. Kalau sudah jadi beton ya sudah fly ash-nya terikat di sana, tidak masalah,” ia menandaskan