Kamis, 04 February 2021 03:40 UTC
Ilustrasi Petani Tebu. Foto: Dokumen PTPN X
JATIMNET.COM, Surabaya - Pengurus dan Bendahara Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Sunardi Edy Sukamto menyebutkan, sebanyak 35 persen atau 70 ribu ton gula petani di Jawa Timur belum terserap.
Semuanya ditengarai masih menumpuk di gudang di tiga pabrik gula, yakni Pabrik Gula (PG) Kebon Agung, PG Krebet, dan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) X.
Edy berharap pemerintah mengambil peran. Setidaknya membantu menyelamatkan nasib petani dengan membantu penyerapan gula dengan harga yang layak.
"Saat ini harga lelang gula di level Rp 10.600 per kg, padahal dengan menahan jual, bisa dihitung kerugian petani dari beban bunga pinjam bank Rp 100 per kg per bulan, dan ini sudah enam bulan sejak Agustus 2020, bisa dibilang sudah kehilangan potensi pendapatan Rp 600 per kg," kata Edy, Kamis 4 Februari 2021.
Baca Juga: Jual Gula Pasir Jatah Lebih Murah, Ditangkap Polisi
Soal penyerapan gula ini, Ketua Komisi B DPRD Jatim Aliyadi Mustofa menyampaikan, bahwa sedikit banyak pandemi Covid-19 ini juga turut berdampak. Turunnya daya beli ditengarai menjadi salah satu penyebabnya.
Konsumsi masyarakat jadi berkurang. "Apalagi saat ada pembatasan sosial, tidak ada hajatan, jam berjualan dibatasi. Ini pengaruhnya besar terhadap penyerapan gula," kata Aliyadi.
Politikus PKB itu mengaku sudah melakukan pertemuan dengan Disperindag Jatim terkait masalah gula tersebut. Aliyadi optimis gula petani itu akan terserap karena sudah tidak ada impor gula. "Apalagi sebentar lagi menjelang bulan puasa dan musim giling tebu masih lama," ungkapnya.
Terpisah, Kepala Dinas Perkebunan Jawa Timur Karyadi melihat penyerapan gula petani yang belum maksimal ini bisa saja disebabkan dua faktor, karena memang tidak terserap atau sengaja belum dijual. "Yang menjadi pertanyaan, tidak terserap apa memang belum dijual," kata Karyadi.
Baca Juga: Ketika Petani Tebu Melek Iklim, Hasil Panen Kian Manis
Masalah gula ini bisa saja disebabkan ada ketidaksepahaman harga yang diharapkan oleh petani, sehingga mereka memutuskan untuk tidak melepaskannya. Namun terlepas dari itu, Karyadi memastikan produksi gula di Jatim per tahunnya relatif stabil. Ada pada kisaran satu juta ton per tahun.
Sedangkan untuk stok gula Jatim saat ini masih sekitar 500 ribu ton. Jumlah itu, kata dia, belum ditambahkan musim giling bulan Juni mendatang.
Artinya untuk memenuhi kebutuhan selama lima bulan ke depan masih sangat mencukup. "Jatim ini paling tinggi kontribusi untuk nasional, yakni sekitar 46 persen,” katanya.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jatim Drajat Irawan mengatakan, sejauh ini harga gula dipasaran masih dalam kondisi stabil. Harga gula saat ini masih dibawah harga eceran tertinggi (HET) yakni masih pada kisaran Rp 12.500.