Logo

Ketika Petani Tebu Melek Iklim, Hasil Panen Kian Manis

Reporter:

Kamis, 27 September 2018 08:36 UTC

Ketika Petani Tebu Melek Iklim, Hasil Panen Kian Manis

Petani tebu di Desa Wonokerto, Bantur memanen tebu dengan teknik yang baru. Foto: Istimewa

JATIMNET.COM, Malang – Petani tebu di Malang Selatan mulai memperbaiki teknik budi daya menanam tebu dengan memanfaatkan informasi cuaca dan iklim. Selama setahun ini, sebanyak 25 petani telah memraktikkan ilmu dari Sekolah Lapang Iklim (SLI) untuk menanam tebu. Hasilnya pun bikin tersenyum manis.

Hasilnya, akhir september 2018 ini para petani melakukan panen raya yang digelar di Desa Wonokerto, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Dari hasil ubinan (perhitungan perkiraan panen) sampel yang dilakukan Kamis, 20 September 2018, demoplot SLI seluas 0,5 hektare mampu menghasilkan 60 ton tebu.

Dengan angka produksi rata-rata di Kabupaten Malang 90 ton per hektare, maka hasil di demoplot amat menjanjikan. Selain itu, uji rendemen sementara di P3GI menunjukkan tebu di demoplot SLI memiliki nilai 14,85, lebih tinggi dari angka rendemen kebun petani di sekitar lokasi demoplot yang memiliki skor 13,77.

Nilai ini berarti dalam 1 kuintal tebu di demoplot SLI akan menghasilkan 14,85 kilogram gula, sementara tebu hasil kebun petani sekitar akan menghasilkan 13,77 kilogram gula.

Mardianto, peserta SLI tebu sekaligus ketua Kelompok Tani Margo Makmur mengungkapkan, selama setahun belajar Sekolah Lapang Iklim, dirinya belajar mulai dari memilih benih yang baik, melihat cuaca untuk tahu kapan menanam, mengatasi hama penggerek pucuk dengan musuh alami, memproduksi benih, sampai menjadi penangkar.

“Yang saya pelajari itu dari hulu ke hilir. Saya sudah menanam tebu sejak tahun 80-an, dan melalui SLI ini saya tahu pengetahuan maupun perkembangan teknik terbaru,” kata Mardianto.

Sekolah Lapang Iklim didukung USAID Adaptasi Perubahan Iklim dan Ketangguhan (USAID APIK), Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), serta Dinas Pertanian Kabupaten Malang.

APIK juga mendukung petani untuk memperoleh pengakuan resmi untuk benih yang diproduksinya. Bulan April 2018, penangkaran tebu petani SLI mendapat sertifikat dari UPT Pengawasan dan Pengujian Mutu Benih Tanaman Perkebunan Provinsi Jawa Timur.

Tak hanya itu, petani SLI berhasil mendapat izin usaha produksi benih tanaman tebu dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Jawa Timur di Juli 2018. Dengan mengantongi izin tersebut, maka kualitas benih tak diragukan lagi.

Kepala Seksi Observasi dan Informasi BMKG Klimatologi Malang Anung Suprayitno menambahkan, sektor pertanian sangatlah terdampak oleh perubahan iklim, tak terkecuali tanaman tebu. Karenanya, menurut Anung tanaman tebu harus ditanam di waktu yang tepat supaya tumbuh dengan baik.

“Agar dapat melakukan hal tersebut, maka petani harus melek iklim, dan karena itulah kami lakukan SLI tebu,” kata Anung Suprayitno.

Sebagai informasi, data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, tebu adalah komoditas unggulan Jawa Timur. Sebagai lumbung tebu nasional, Jawa Timur berkontribusi sebanyak 1,25 juta ton dari total produksi nasional 2,33 juta ton1. Perkebunan tebu tersebar di berbagai wilayah di antaranya Jember, Kediri, Lamongan, dan Malang.

Manajer Regional Program USAID APIK, Ardanti Sutarto bersyukur melalui SLI petani tak hanya dapat membudidayakan tebu lebih baik, tapi juga menjadi penangkar benih. “Capaian tersebut sungguh melampaui apa yang kami harapkan. Karena keberhasilan SLI ini, PT. Paiton Operation and Maintenance Indonesia (PT. POMI) pun telah mengungkapkan ketertarikannya untuk mencontoh SLI tebu Wonokerto,” jelasnya.

Ilmu dari SLI ini kemudian disebarluaskan ke petani di desa lain di Kecamatan Bantur, yakni Desa Rejosari, Rejoyoso, Sumber Rejo, dan Karang Sari. Ke depannya, petani peserta SLI berkomitmen untuk terus membagikan pengetahuan ke petani lain. Mereka juga sepakat untuk mengembangkan kelompok penangkar benih yang diberi nama ‘APIK Rukun Makmur’ serta memperluas relasi lewat Jaringan Benih Antar Lapang (JABAL).