Logo

General Aviation di Banyuwangi akan Serupa di Maladewa

Reporter:,Editor:

Sabtu, 27 July 2019 02:48 UTC

<em>General Aviation</em> di Banyuwangi akan Serupa di Maladewa

BANYUWANGI. Menteri Pariwisata Arief Yahya menjelaskan pandangannya terkait General Flight (GA) for Tourism di Hotel El-Royale Banyuwangi, Jumat 26 Juli 2019. Foto : Pemkab Banyuwangi

JATIMNET.COM, Banyuwangi -  Menteri Pariwisata Arief Yahya dalam kunjungannya ke Banyuwangi, menggambarkan penerapan General Aviation (GA) untuk pariwisata akan seperti di negara kepulauan Maladewa. Sebelumnya, GA atau penerbangan non militer dan non maskapai berjadwal, akan dikembangkan oleh PT Angkasa Pura (AP) II di Banyuwangi, sebagai proyek percontohan di Indonesia.

Dia mengatakan, GA yang merupakan penerbangan pesawat milik pribadi, akan diarahkan bermarkas di Banyuwangi. Sehingga wisatawan bisa menyewa dan semakin mudah menjangkau destinasi, termasuk menuju Bali.

Menteri asal Banyuwangi itu mengatakan, di Indonesia, jumlah pemilik pesawat pribadi cukup banyak.

"Kalau mau membayangkan kayak di Maldives lah. Seaplane (pesawat laut) jadi taksi yang bisa kita gunakan setiap saat. Di Indonesia pemilik pesawat mulai banyak," kata Arief setelah seminar GA for Tourism di Hotel El-Royale Banyuwangi, Jumat 26 Juli 2019.

BACA JUGA: Jambore Capung Jadi Momen Kenalkan Hubungan Capung dengan Alam

Masalah ongkos transportasi, diakuinya akan tinggi, karena harga seaplane sendiri juga masih mahal. Otomatis, sasaran transportasi GA kalangan ekonomi menengah dan atas.

Semakin kecil kapasitas sebuah pesawat dan semakin pendek perjalannya, kata Arief, ongkos penerbangannya akan semakin mahal.

"Daerah lain yang cocok dengan karakteristik kepuluan, seperti Wakatobi, Raja Empat, Kepri, Bintan, Batam, dan Belitung. Kalau di sini berhasil, bisa dicontoh ke daerah lain," kata dia.

Pakar marketing Yuswohady mengatakan, meski mahal, angkutan wisata GA bisa tetap tumbuh bila segmen yang disasar menggunakan promosi yang tepat pula.

BACA JUGA: Percontohan General Aviation untuk Wisata Dibangun di Banyuwangi

Dia mengatakan, generasi milenial (lahir 1981 - 1997) yang menyukai destinasi yang autentik, bukan wisata massal, dan menyuguhkan petualangan, akan menyukai perjalanan dengan pesawat kecil ke tempat-tempat tersembunyi.

"Memang generasi milenial sekarang kebanyakan belum berpenghasilan besar. Tapi bisa mendapatkan uang dari orang tua, dan saat mereka sudah menguasai jabatan-jabatan tinggi di masa depan menjadi market yang luar biasa," kata penulis buku Millennials Kill Everithing itu.

Segmen lain adalah generasi X (lahir 1965 - 1980) yang kini telah banyak memegang jabatan penting dengan pendapatan besar.

Mereka memiliki banyak uang, namun belum tentu menyukai wisata petualangan. Yuswohady mengatakan, penyedia jasa angkutan wisata GA harus tetap, paling tidak, menyentuh target pasar tersebut.

BACA JUGA: Banyuwangi Coffee Processing Festival Paparkan Pentingnya Kemasan

Bukan lewat iklan di media sosial atau pun media lainm namun media yang bisa sampai pada target pasar ekonomi menengah ke atas.

Misalnya, melalui toko penjualan mobil-mobil mewah seperti Mercy atau BMW, yang tentunya sudah memiliki pelanggan kelas ekonomi menengah ke atas juga.

"Biasanya melalui komunitas atau network di kelas ekonomi atas juga. Club produk yang segmennya sama," ujar Yuswohady.