Jumat, 18 December 2020 01:00 UTC
TAK BERFUNGSI. Salah satu wastafel toilet seharga ratusan juta yang dibangun 2019 di SDN Brangkal, Kec. Sooko, Kab. Mojokerto, sudah tidak berfungsi optimal, Rabu, 16 Desember 2020. Foto : Karina Norhadini
JATIMNET.COM, Mojokerto – Fasilitas toilet dan wastafel di sejumlah Sekolah Dasar (SD) di Kabupaten Mojokerto senilai ratusan juta yang dibangun 2019 rusak dan tak terawat. Kondisi ini dapat dilihat misalnya di SDN Brangkal, Kecamatan Sooko, dan SDN Temuireng 1, Kecamatan Dawarblandong.
Satu bilik toilet di SD setempat berukuran 4x10 meter dan per biliknya dibangun dengan anggaran mencapai Rp 17 juta. Selain tak terawat, fasilitas kran di wastafel juga rusak.
Proyek pembangunan toilet bernilai ratusan juta itu diperuntukkan bagi 15 SD di Kabupaten Mojokerto dengan anggaran Rp2,7 miliar. Dana yang digunakan untuk membangun tolilet dan wastafel di satu SD diperkirakan mencapai Rp185 juta. Jumlah ini cukup fantastis untuk ukuran toilet sekolah.
Kepala SDN Brangkal, Istiadji, menjelaskan proyek ini memang dibangun pada pertengahan tahun 2019 dan mulai digunakan sejak Desember 2019 dan aktivitas sekolah berhenti saat pandemi Covid-19 sejak pertengahan Maret 2020.
BACA JUGA: Terdakwa Korupsi Normalisasi Sungai di Mojokerto Kembalikan Kerugian Rp1,03 milar
"Ini proyek rekanan. Pasti atau jelasnya 13 Juni 2019 dibangun enggak pernah berhenti tanpa hari libur. Selesainya berapa bulan, saya enggak ngitung," katanya, Rabu, 16 Desember 2020.
Menurutnya, sejak tahun 2016 pihaknya mengajukan pembangunan toilet yang layak dan baru disetujui pada tahun 2019. Pihaknya mengajukannnya karena toilet yang ada tidak sebanding dengan jumlah siswa yang mencapai ratusan sehingga siswa sering atre jika ke toilet.
"Baru pihak Dinas Pendidikan (Dispendik) melakukan pembangunan kontraktual terhadap proyek kamar mandi tersebut. Sekolah terima jadi saja," katanya.
Istiadji mengatakan fasilitas dan kualitas enam bilik toilet SD setempat memang terbilang mewah seperti di mal dan hotel berbintang terutama pintu dan lantainya yang terbuat dari granit.
"Wastafelnya dulu sempat berfungsi, sekarang mati. Anak-anak khan banyak, jadi ya pasti bisa sampai rusak gitu walaupun hitungannya masih baru. Selain itu juga pandemi, nanti kalau sudah mau tatap muka baru diperbaiki," tuturnya.
BACA JUGA: Pengelolaan Sampah Minim, TPA Liar di Mojokerto Bermunculan
Saat dikonfirmasi terkait kualitas dari fasilitas yang dibangunkan untuk sekolahnya tersebut, ia langsung mengatakan tak paham masalah bangunan. Terlebih menurutnya, fasilitas yang dibutuhkan termasuk kecukupan MCK di sekolahnya sudah terpenuhi.
”Karena dilihat dari jumlah siswa hampir 300, namanya banyak siswa. Tapi juga bisa seperti itu juga sih. Cuman, ya alhamdulllah. Makanya, ini kami bertambah pagar karena takut tambah lagi kerusakannya," katanya.
Sehingga kamar mandi yang lama pun masih bisa digunakan dengan baik. Murid tak perlu antre lagi kalau ingin ke kamar mandi seperti sebelumnya yang hanya tersedia dua bilik toilet biasa untuk ratusan siswa.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Mojokerto Zainul Arifin menyebutkan pembangunan proyek kamar mandi siswa dan guru yang mencapai Rp180-190 juta ini didasarkan pada pengajuan masing-masing sekolah.

TAK TERAWAT. Failitas di toilet seharga ratusan juta yang dibangun 2019 di SDN Brangkal, Kec. Sooko, Kab. Mojokerto, sudah tidak berfungsi optimal, Rabu, 16 Desember 2020. Foto : Karina Norhadini
"Ini speknya dari kita, ngeceknya sesuai dengan rencana, terus ke lapangan, sudah sesuai belum. Terus nanti masih dicek lagi sama Dinas PUPR untuk verifikasi pembangunannya," katanya.
Mantan Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Mojokerto ini mengatakan terkait perawatan kamar mandi, hal tersebut menjadi tanggung jawab sekolah. Sebab, sesuai Peraturan Presiden (PP) terkait pengadaan barang dan jasa, perawatan oleh Dispendik hanya 180 hari atau enam bulan pasca serah terima proyek tersebut ke sekolah.
BACA JUGA: Lakukan Pungutan di Tengah Pandemi, Sekolah di Mojokerto 'Diserbu' Wali Murid
Sehingga, semisal salah satu fasilitas mengalami masalah, Dispendik akan mengklaim hal tersebut ke pihak konsultannya. Namun, selepas dari enam bulan, perawatan gedung diserahkan kepada sekolah sepenuhnya.
"Rp180 juta sekian itu masih dipotong pajak lagi seperti PPh dan PPN 10 persen. Jadi, sekitar Rp20 juta per bilik, namanya pengusaha pasti juga cari untung. Baru murni yang Rp160 itu digunakan untuk pembangunan. Itu pun kita perhatikan spek kualitasnya termasuk konstruksinya," ucap Zainul.
Sehingga dari satu bilik diperkirakan menghabikan anggaran Rp27,5 juta. Pembangunan toilet di sekolah terdiri dari enam bilik sesuai dengan anggaran. Namun, dalam kamar mandi sekolah yang dibangun tahun 2019 itu ternyata tak semuanya memilik fasilitas kloset jongkok.
Zainul menambahkan ada beberapa sekolah yang mengajukan toilet duduk sebab guru-guru yang mengajar sudah tua.
"Pondasinya ini pakai yang bertingkat. Rp190 juta aja dapat satu perumahan, jangan disamakan dengan itu, soalnya kontruksinya beda-beda. Dan paling mahal itu ya di granit, sesuai yang diucapkan Bupati di Kabupaten akan dibangun toilet sekolah seperti hotel bintang," katanya.