Selasa, 03 September 2019 01:24 UTC
PANTAU POLUSI. DLH Surabaya mulai mengoperasikan particular monitoring untuk memantau kualitas udara di Surabaya sejak 2 September 2019. Foto: IST.
JATIMNET.COM, Surabaya – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Surabaya mulai mengoperasikan alat pengukur kualitas udara portable baru, Senin 2 September 2019. Alat portable ini diharapkan mempermudah DLH dalam mengukur kualitas udara secara periodik.
Kepala Seksi Pemantauan dan Pengendalian Kualitas Lingkungan Hidup DLH Surabaya Ulfiani Ekasari menyampaikan alat portable dengan harga kurang lebih Rp 400 juta itu terdapat dua jenis.
“Satu untuk partikular meter (PM) atau bernama particular counter satu lagi adalah gas monitoring kit untuk mengukur pencemaran udara,” kata Ulfiani saat diwawancarai di ruang kerjanya, Senin 2 September 2019.
Dua alat portable tersebut bisa mengukur kualitas udara mulai dari diameter 10 hingga 0,3 micron. Sehingga pengukurannya lebih kecil dari PM 10 dan PM 2,5 pada umumnya.
BACA JUGA: DLH Surabaya Lakukan Pengukuran Kualitas Udara di Tugu Pahlawan
Ulfiani mengungkapkan pihaknya tengah mengoperasikan alat tersebut di 31 kecamatan di Surabaya. Tekniksnya dua alat tersebut akan dipasang di titik tertentu selama 24 jam.
“Kami akan mengukur dari pagi hingga pagi keesokannya, nanti akan kami lihat paling tinggi, kapan kualitas udaranya,” kata dia.
Alat tersebut sebetulnya sudah dipasang di Bubutan sejak Senin 2 September 2019, pukul 09.00 WIB. Selanjutnya pemasangan alat serupa akan dilakukan di kecamatan lainnya, dan ditargetkan rampung pada November 2019 mendatang.
Ulfiani menjelaskan pengukuran kualitas udara ini dilakukan secara berjenjang. Sehingga DLH akan memberikan jeda dalam menggunakan kedua alat tersebut. Sebab kedua alat tersebut dinilai sensitif jika digunakan secara terus menerus.
BACA JUGA: Pakar Lingkungan Sebut Jalanan di Surabaya Berpolusi Tinggi
“Dengan alat ini, kami bisa memberikan informasi kepada warga terkait kualitas udara, sehingga warga bisa memproteksi diri, agar kota Surabaya menjadi kota ramah lingkungan,” kata Ulfiani.
Selain itu, Ulfiani juga menyampaikan dengan mengetahui kualitas udara secara cepat, DLH lebih mudah mengevaluasi kurang tidaknya ruang terbuka hijau (RTH) di Surabaya.
Alat ini juga dapat menghemat operasional pengukuran kualitas udara. Sebab selama ini DLH selalu bekerja sama dengan laboratorium swasta. Terlebih selama pengukuran terkadang tidak menemukan hasil, karena titik pengukurannya kurang tepat.
“Jika menggunakan alat ini bisa runtut dan dilakukan berulang-ulang, jika sudah mengetahui titik pencemarannya baru dianalisis di laboratorium,” kata dia.