Jumat, 18 October 2019 08:46 UTC
Museum Pendidikan Surabaya. Foto: Humas Pemkot Surabaya
JATIMNET.COM, Surabaya – Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Surabaya akan memajang sebanyak 800 barang bersejarah lintas masa di museum pendidikan di Jalan Genteng Surabaya, yang rencananya dibuka pada November 2019.
“Nantinya akan ada barang bersejarah mulai dari masa pendidikan prasejarah sampai pendidikan masa kini,” kata Kepala Disbudpar Kota Surabaya, Antiek Sugiharti saat dikonfirmasi melalui telepon, Jumat 18 Oktober 2019.
Pihaknya kini sedang mempersiapkan narasi untuk barang bersejarah sesuai dengan historinya masing-masing.
BACA JUGA: Upaya Disbudpar Kelola Surabaya jadi Kota Seribu Museum
Nantinya ada koleksi praaksara ketika masyarakat belum mengenal tulisan, hingga masa ketika orang tua mengajarkan pendidikan kepada anak-anaknya pada zaman itu.
Ada pula pendidikan pada masa kerajaan, mulai dari pengenalan sejarah pendidikan masa klasik, mengenalkan huruf jawa “honocoroko”, kemudian padepokan pendidikan berbasis agama dan pendidikan di masa kolonial.
“Nah, kolonial ini juga dibagi, ada kolonial zaman Belanda dan Jepang. Jadi, ada beberapa koleksi dokumen yang ada pada saat itu, termasuk alat tulisnya,” kata Antiek.
BACA JUGA: Jejak Sang Proklamator di Rumah Kos Peneleh Surabaya
Selain itu, akan ada pula koleksi tentang Bapak pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara, beserta infografis yang menceritakan perjuangan Ki Hajar Dewantara dalam pendidikan di Indonesia.
“Lalu benda bersejarah lainnya seperti meja kelas yang ada lubang tintanya, papan tulis kaki, dan bangku. Kami juga mencoba merekonstruksikan tentang pendidikan propaganda Jepang,” imbuh dia.
Agar pengunjung bisa melihat langsung sejarah pendidikan tempo dulu, Antiek menyampaikan akan membuat peragaan suasana kelas tempo dulu.
BACA JUGA: Museum Ganesya Meski Milik Swasta, PCPB Yakin Bakal Digandrungi Siswa
Bahkan, pihaknya akan menampilkan alat pendukungnya, seperti buku kurikulum SD–SMA, lampu teplok, lampu petromak, ublik, lilin, dan sarana papan tulis, properti gurunya, dan lainnya.
Ia juga akan membangun monumen yang menggambarkan kurikulum untuk melatih anak-anak di tahun 1970 an membaca dan menulis. Ada pula dokumen-dokumen bersejarah lainnya seperti manuskrip kuno, lontar, huruf jawa, selebaran tulisan hiragana.
BACA JUGA: Digitalisasi Musik Tekan Pembajakan
“Mengeja kata demi kata seperti ini Budi, Budi bermain bola. Dari ini Budi itu tadi maka kami buatkan juga monumen yang bisa dipakai untuk pembelajaran,” kata Antiek.
Antiek mengaku, semua benda-benda itu berhasil dikumpulkan dari berbagai pihak. Dari komunitas, lembaga lain dan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan.