Rabu, 04 September 2019 04:15 UTC
BERMAIN. Anak-anak bermain di gang kampung Maspati Surabaya, Selasa 13 November 2018. Kampung itu menerapkan aturan prinsip ramah anak. Foto: Dyah Ayu Pitaloka.
JATIMNET.COM, Surabaya – Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) berupaya mengelola serta merevitalisasi kawasan bersejarah yang berpotensi menjadi objek wisata, untuk mencapai target Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, menjadikan Kota Pahlawan sebagai kota seribu museum.
Kepala Disbudpar Surabaya Antiek Sugiharti mengungkapkan hingga saat ini sudah banyak temuan kawasan bersejarah. Beberapa kawasan tersebut dikelola pemkot, pihak swasta, perorangan, dan perguruan tinggi.
“Seperti di Kampung Peneleh, di Kota Lama, Benteng Kedung Cowek, Tugu Pahlawan, Kampung Keraton, Hos Tjokroaminoto, Kampung Lawas Maspati dan masih banyak lagi,” kata Antiek saat diwawancarai di Gedung DPRD Surabaya, Rabu, 4 September 2019.
Sehingga, disbudpar pun berencana membuat paket wisata atau city tour untuk wisatawan dengan sejumlah konsep, yakni dengan jalan kaki, bersepeda, menggunakan kendaraan pribadi, maupun transportasi umum.
BACA JUGA: Maspati, Kampung Ramah Anak di Surabaya
“Seperti di Kenjeran, selain wisata pantai Kenjeran, juga ada sentra ikan Bulak dengan Taman Surabaya. Ada air mancur, itu satu paket. Ini bisa menggunakan kendaraan pribadi atau transportasi umum nantinya,” kata dia.
Hingga saat ini pun sudah ada beberapa paket wisata, kata Antiek, seperti Kampung Peneleh- Kota Lama-Sungai Kalimas bisa disinergikan. Lalu Kampung Lama-House of Sampoerna-Museum Bank Mandiri-Museum BI dalam satu paket. Ada pabrik-pabrik seperti pabrik mie, kecap, sirup dan masih banyak lagi.
Antiek juga menyampaikan ada kegiatan cangkrukan djoeang, setiap Sabtu dan Minggu sore di halaman Tugu Pahlawan. “Di sana pengunjung bisa menikmati kuliner dan nuansa tempo dulu. Makanan tradisional sambil menonton film-film perjuangan,” katanya.
Dalam menjadikan Kota Surabaya Seribu Museum, Antiek menjelaskan akan mengikutsertakan peran warga dan kampung-kampung. Hal tersebut agar warga juga merasa memiliki dan bertanggung jawab atas objek wisata di kawasannya.
BACA JUGA: Jejak Sang Proklamator di Rumah Kos Peneleh Surabaya
Selain itu, ia berharap agar objek wisata tersebut menjadi nilai tambah untuk warga. Sehingga perekonomian masyarakat meningkat seiring dengan berkembangnya wisata.
“Ini yang perlu kami bangun bersama, untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada tamu. Sehingga mereka tidak hanya datang sekali saja, tetapi berulang kali,” kata Antiek.