Rabu, 31 December 2025 00:35 UTC

Bangkai ayam yang diduga teror kepada Iqbal Damanik, aktivis Greenpeace Indonesia. (Dok Greenpeace Indonesia)
JATIMNET.COM – Teror terhadap aktivis yang kerap melontarkan kritik kepada pemerintah, kembali terjadi. Kali ini menimpa aktivis lingkungan hidup. Iqbal Damanik, aktivis Greenpeace Indoensia mendapat teror berupa kiriman bangkai ayam dari orang yang tidak dikenal, Selasa, 30 Desember 2025.
Iqbal Damanik yang menjabat sebagai Manajer Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia menuturkan, kiriman bangkai ayam itu ditemukan di teras rumah tanpa pembungkus, dengan kaki ayam terikat plastik berisi secarik kertas bernada ancaman.
Dalam pesan tersebut tertulis, “JAGALAH UCAPANMU APABILA ANDA INGIN MENJAGA KELUARGAMU, MULUTMU HARIMAUMU.”
Iqbal mengaku sempat mendengar suara benturan di teras rumahnya pada Selasa dini hari. Namun, bangkai ayam itu baru ditemukan oleh anggota keluarganya sekitar pukul 05.30 WIB. Iqbal kemudian mendokumentasikan kiriman tersebut.
BACA: Keserakahan Pemodal Rusak Aset Negara dan Masyarakat
Menanggapi teror tersebut, Kepala Greenpeace Indonesia, Leonard Simanjuntak, menduga peristiwa ini merupakan bentuk teror intimidasi yang ditujukan pada kerja-kerja advokasi Greenpeace, khususnya yang dilakukan Iqbal sebagai juru kampanye iklim dan energi.
“Sulit untuk tak mengaitkan kiriman bangkai ayam ini dengan upaya pembungkaman terhadap orang-orang yang gencar menyampaikan kritik atas situasi Indonesia saat ini,” ujar Leonard dalam pernyataan tertulis.
Ia menilai terdapat pola teror yang serupa dengan kasus-kasus lain yang menimpa masyarakat sipil, jurnalis, dan pegiat media sosial dalam beberapa waktu terakhir.
Leonard menyinggung sejumlah peristiwa serupa, di antaranya kiriman bangkai ayam yang diterima disjoki asal Aceh, DJ Donny, serta vandalisme mobil dan kiriman telur busuk yang dialami pemengaruh dan kreator konten Sherly Annavita. Keduanya juga dilaporkan menerima surat bernada ancaman.
BACA: Film Dirty Vote Digarap 23 Lembaga Sipil, Siapa Mereka?
Menurut Leonard, kemiripan pola tersebut menunjukkan adanya teror yang berlangsung secara sistematis, terutama terhadap individu-individu yang vokal mengkritik kebijakan pemerintah, termasuk terkait penanganan bencana banjir di Sumatera.
Belakangan ini, Iqbal Damanik memang kerap mengunggah kritik mengenai banjir di Sumatera melalui akun media sosial pribadinya, termasuk menyoroti respons pemerintah. Kritik tersebut, kata Leonard, berangkat dari temuan lapangan dan analisis Greenpeace pascabencana. Namun, dalam beberapa hari terakhir, Iqbal juga dilaporkan menerima serangan verbal dan ancaman melalui kolom komentar serta pesan langsung di media sosial.
“Kritik publik ini lahir dari keprihatinan dan solidaritas terhadap para korban. Di balik banjir Sumatera ada persoalan struktural berupa deforestasi dan alih fungsi lahan yang berlangsung menahun, dengan keterlibatan negara,” ujar Leonard.
BACA: Awas, Garam Mulai Terkontaminasi Mikroplastik!
Ia juga menyinggung rencana pembukaan jutaan hektare lahan di Papua yang dinilai berpotensi merugikan masyarakat adat dan memperburuk krisis iklim.
Greenpeace Indonesia mengecam segala bentuk teror terhadap masyarakat sipil. Leonard menegaskan bahwa kritik publik seharusnya dipandang sebagai bagian dari demokrasi dan mekanisme pengawasan terhadap kekuasaan, bukan sebagai ancaman.
“Kebebasan berbicara dijamin oleh konstitusi. Upaya teror tidak akan membuat kami gentar. Greenpeace akan terus bersuara untuk keadilan iklim, hak asasi manusia, dan demokrasi,” pungkas Leonard.
