Sabtu, 21 May 2022 00:20 UTC
KREATIF. Nabila Ali (kiri) menunjukkan alat cetakan batik berbahan limbah dupleks hasil kreasinya. Foto.Undika
JATIMMNET.COM, Surabaya – Kreativitas warga dalam memanfaatkan limbah atau sampah kian bermunculan. Seperti halnya pembuatan alat cap batik berbahan dupleks sisa yang dikreasikan oleh Nabila Ali.
Alumnus S1 Program Studi Desain Produk Universitas Dinamika (Undika), Surabaya ini membuat cetakan batik dengan motif yang berhubungan dengan Jombang, daerah kelahirannya.
“Jadi, motif cetakan yang saya buat ini mengandung filosofi Kota Jombang dengan unsur-unsur di dalamnya. Ada motif bangunan ringin contong, buah durian, dan jam bol gondong,” ujar Nabila seperti dikutip dari laman resmi Kominfo Jawa Timur, Sabtu, 21 Mei 2022.
BACA JUGA : Pensiunan BUMN Sulap Koran Bekas Jadi Ornamen Jutaan Rupiah
Untuk proses pembuatan alat cap batik ini terbilang njlimet terutama pada pembuatan pola. Sebab, harus membentuk potongan-potongan dupleks sesuai desain bentuk yang diinginkan. Apabila pola telah jadi, bagian belakang dupleks diberi pegangan dan dipasang pada selembar triplek.
Menurut dia, langkah pertama yang dilakukan dengan memilah limbah dupleks. Setelah ditemukan yang masih layak digunakan, maka pola dibuat dengan desain yang diinginkan. Pegangan pada dupleks itu untuk mempermudah proses membatik.
Langkah selanjutnya memasukkan cetakan motif ke dalam cairan malam yang sudah dipanaskan. Seluruh tahapan ini diawali dengan pemilahan limbah dupleks untuk mendapatkan kualitas yang bagus.
BACA JUGA : PKK Gresik Ubah Limbah Batik Jadi Produk Bernilai Ekonomi
Yosef Richo Adrianto, dosen pembimbing Nabila di Undika menyatakan bahwa alat cetak batik berbahan limbah dupleks dapat mendukung gerakan Eco Campus.
“Karena bahan yang digunakan aman dan ramah lingkungan,” kata pria yang juga menjabat sebagai Kepala Program Studi S1 Desain Produk Undika ini.
Selain itu, Richo menuturkan, melalui karya inovasi ini juga merupakan salah satu cara untuk membantu memperkenalkan seni budaya di daerah tertentu. “Seni budaya batik ini perlu dikembangkan lagi sesuai dengan filosofi dan ciri khas daerah yang diangkat,” tutur Richo.
Richo berharap bisa melakukan riset-riset bersama para mahasiswa Desain Produk yang lain dengan tujuan untuk membantu para pelaku UMKM khususnya pengrajin batik.
“Terlebih dalam pemanfaatan teknologi, menurut saya para pekerja lokal perlu dibina untuk bisa memanfaatkan teknologi untuk bidang usahanya,” ungkapnya.
