Logo

Desa Plunturan Ponorogo Siapkan Diri Jadi Desa Wisata Budaya

Reporter:

Rabu, 15 January 2020 05:45 UTC

Desa Plunturan Ponorogo Siapkan Diri Jadi Desa Wisata Budaya

TARIAN REOG: Penampilan penari perempuan Reyog Putri Onggopati di Gebyar Budaya Plunturan pada Minggu 12 Januari 2020. Foto: Ist.

JATIMNET.COM, Surabaya - Belakangan ini, pemerintah tengah aktif menyokong desa untuk memaksimalkan potensi kesenian. Seperti pelestarian budaya asli Indonesia pun kian digencarkan demi menangkal gempuran budaya asing. 

Kedua hal ini dieksekusi oleh Desa Plunturan dengan mempersiapkan diri menjadi desa wisata budaya. Desa yang terletak di Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo ini telah lama dikenal atas konsistensinya melestarikan budaya Reog pakem lama dan keberadaan Reog Putri.

Reog pakem lama merupakan kesenian Reog asli Ponorogo yang belum tersentuh pembaruan. Kesenian ini masih murni mengikuti ajaran leluhur.

TARIAN REOG: Penampilan penari perempuan Reyog Putri Onggopati di Gebyar Budaya Plunturan pada Minggu 12 Januari 2020

Baik dari segi musik pengiring, pakaian penari, maupun gerakan tarian. Menamakan diri sebagai Reoog Onggopati, pengelolaan dan pelatihan reog di Desa Plunturan dilakukan secara lintas generasi. 

“Anak-anak memang sudah dikenalkan dan bahkan ikut berpartisipasi dalam penampilan reog desa, dengan harapan agar tiap generasi selalu memiliki penerus untuk pelestarian kesenian reog pakem lama,” ucap Mbah Bikan, salah satu sesepuh budayawan Desa Plunturan, seperti rilis dari Universitas 17 Agustus Surabaya, yang diterima jatimnet.com, Rabu 15 Januari 2020.

BACA JUGA: Kuota Zonasi Berubah, Dindik Jatim Akui Sudah Menerapkan PPDB 2019

Keunikan lain yang dimiliki oleh desa ini ialah keberadaan penari Reyog perempuan. Pertama kali dibentuk pada tahun 2012, kini para wanita dewasa maupun remaja di Plunturan mampu mengisi berbagai posisi pada penampilan Reog. 

Mulai dari jathilan, warok, ganongan, maupun barong. Meski sempat ditentang oleh beberapa pihak karena selama ini Reog identik dengan laki-laki. Kini reog perempuan Desa Plunturan telah mengantongi izin dan terdaftar secara resmi di Dinas Pariwisata Ponorogo.

JATHILAN REOG PONOROGO: Mahasiswa Untag Surabaya yang melakukan KKN ikut peragakan kesenian tari Jathilan Reog Ponorogo. Foto: Ist.

Untuk semakin memantapkan diri sebagai desa wisata budaya, Desa Plunturan baru saja menggelar Festival Malam Bulan Purnama & Gebyar Budaya. Dalam acara tersebut, warga desa menampilkan berbagai kesenian khas desa. 

Selain reog, ada pula seni Gajah-Gajahan, atraksi Pencak Silat, Orkes Melayu, dan banyak lagi penampilan lainnya. Festival yang diselenggarakan pada 11-12 Januari kemarin merupakan inisiatif dari warga desa yang didukung penuh oleh Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya. 

Dukungan Untag Surabaya juga dilakukan melalui pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa tersebut pada 6-17 Januari 2020. Semua program kerja dari tiga puluh mahasiswa yang terlibat diarahkan untuk membangun pondasi desa wisata budaya di Plunturan.

BACA JUGA: Belajar Budaya, Mahasiswa Asing Membuat Bakiak di UK Petra

“Masing-masing mahasiswa berkontribusi sesuai dengan keahliannya masing-masing. Misalnya, mahasiswa teknik merancang beragam infrastruktur yang dibutuhkan oleh desa wisata. Sedangkan, mahasiswa sastra melakukan pemetaan dan pengarsipan kesenian desa,” ujar Amalia Nurul, selaku Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) dari kegiatan KKN tersebut. 

Hal-hal penunjang lain pun disiapkan, salah satunya dengan inovasi pengolahan ubi yang merupakan sumber daya alam utama desa menjadi brownies ubi. Olahan ini, ditambah dengan kreasi suvenir penciri desa, diharapkan dapat menjadi oleh-oleh khas Desa Plunturan sebagai desa wisata budaya.