Logo

Cara Komunitas Save Trowulan Menjaga Cagar Budaya ke Generasi Penerus

Reporter:,Editor:

Selasa, 03 September 2019 16:20 UTC

Cara Komunitas Save Trowulan Menjaga Cagar Budaya ke Generasi Penerus

PAHAT. Pendiri Komunitas Save Trowulan, Tono Amboro menjelaskan seni pahat Trowulan kepada seorang mahasiswa dalam pameran di Unair, Surabaya, Selasa 3 September 2019. Foto: Bayu Pratama

JATIMNET.COM, Surabaya - Menjaga budaya dan leluhur Kerajaan Majapahit terus dilakukan oleh Komunitas Save Trowulan. Di antaranya melalui seni pahat yang dipamerkan dalam Pameran Cagar Budaya Universitas Airlangga, Selasa 3 September 2019.

Salah satu pendiri Komunitas Save Trowulan, Tono Amboro mengatakan, sejak tahun 2013 ia bersama warga Dusun Jatisumber, Trowulan, terus mencari format agar kelestarian budaya terus terjaga di daerah yang diakui sebagai pusat Kerajaan Majapahit itu.

BACA JUGA: Bata Berukir Ditemukan di Areal Situs Sekaran Malang

"Saat 2013, Dusun Jatisumber akan dibangun Pabrik Baja, kami menentang dan para pemuda Trowulan mengajukan gugatan hingga dimenangkan di PTUN Jakarta. Akhirnya kawasan Trowulan kini ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya," ungkap Tono kepada Jatimnet, Selasa 3 September 2019.

Setelah perjuangan itu, Tono menjelaskan upaya untuk regenerasi anggota dengan berbagai cara, salah satunya dengan mengembangkan seni pahat khas Desa Trowulan yang berupa candi dan peninggalan masa lalu.

"Replikasi seni pahat seperti patung Dewa Wisnu, Airlangga, Gajah Mada, dan Prasasti yang ditemukan di Trowulan kami jadikan motif pahatan dari tanah liat kemudian bisa dijual dengan harga Rp 15 juta-Rp 25 juta dengan tinggi 15 sentimeter," katanya.

BACA JUGA: BPCB Jatim Ekskavasi Total Situs Tribhuwana Tunggadewi di Mojokerto

Secara khusus ia menceritakan, setiap patung yang dipahat terdapat simbol dan replika dari cerita yang ada dalam kisah di masa Majapahit. Seperti kisah Dewa Wisnu yang berada di puncak gunung yang melambangkan tempat bersemayam para dewa.

"Sebagai bentuk melestarikan, anak-anak kami diajarkan seni pahat, setelah itu kami ajarkan kisah apa yang ada di baliknya, lalu diajak ke daerah temuan situs-situs yang ada di Trowulan. Dengan metode seperti itu diharapkan kelestarian akan terjaga," jelasnya.

BACA JUGA: Kemungkinan, Zaman Majapahit Menyebar Sampai Pelosok Dawar Blandong

Kini, ia menyebut partisipasi warga Desa Trowulan dan kesadaran akan cagar budaya semakin meningkat seiring dengan keberadaan Badan Pelestarian Cagar Budaya yang berada di daerah tersebut.

"Setiap menemukan situs baru, masyarakat bersama BPCB jadi pihak yang melestarikan mulai dari yang terlihat sampai yang masih tertutup tanah. Sangat banyak sekali temuan di Trowulan, dulunya ini adalah Kota Raja. Setiap meter pasti ada temuan," jelasnya.

Secara khusus ia berharap, melalui kegiatan Pameran Cagar Budaya minat pemuda dan mahasiswa terkait sejarah Nusantara dapat terus dilestarikan.