Selasa, 16 November 2021 08:20 UTC
Siswa-siswi Madrasah Ibtidaiyah (MI) Roudlotul Muttalim, Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto saat melakukan sistem belajar mengajar di luar. Foto: Karin
JATIMNET.COM, Mojokerto - Atap sekolah Madrasah Ibtidaiyah (MI) Roudlotul Muttalim, Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto rusak parah. Pasalnya, belum lama ini telah kena angin kencang atau puting beliung.
Akibatnya, sistem belajar mengajar terganggungu. Siswa-siswi harus belajar di luar kelas. Ketidaknyamanan pun berdampak pada siswa. Belum lagi saat turun hujan, mereka pun terpaksa harus pindah cari kelas lagi.
Hal ini terlihat dari sistem belajar mengajarnya di luar, ketika wartawan jatimnet.com melihat secara langsung. Bangku dan kursi berada di luar, sedang guru yang mengajar pun harus berdiri. Satu kursi terpaksa diisi dua sampai tiga siswa, maupun siswi kelas VI.
Sementara, siswa siswi kelas V dipindahkan ke ruang komputer. Hal ini seperti diungkapkan Elang Ahmad Sailendra, salah satu siswa mengaku kurang nyaman dengan kondisi yang dirasakannya dengan 19 siswa lain sejak Jumat, 5 November 2021.
Pasalnya, ruang kelas tempat dia menimba ilmu rusak parah pada bagian atap. Usai tersapu angin saat hujan turun deras pada Kamis, 4 November 2021 lalu sekitar pukul 15.00 WIB. "Kena badai hujan," kata Elang.
Baca Juga: Diterjang Puting Beliung, Tujuh Rumah di Mojokerto Rusak Parah
Kondisi tak layak tersebut membuat ia dan teman-temannya, tak bisa berkonsentrasi dengan pelajaran yang diberikan. Selain itu, suasana ruang terbuka dan duduk yang berdempet-dempetan menambah ketidaknyamanan.
"Eñak di kelas kalau di teras gak nyaman. Tidak ada mejanya. Semoga cepat diperbaiki, kita jadi bisa sekolah," ucap anak laki-laki yang berusia 11 tahun ini.
Terpisah, Muhammad Syarifudin Wali Kelas V menceritakan awal mula rusaknya dua atap kelas, dan kantor yang terbuat dari kayu maupun genteng diketahui dirinya saat berada di dalam toilet pada 4 November 2021 sore.
Sebelum ambruk, salah satu kelas yang rusak sempat digunakan siswa untuk ekstrakurikuler drum band. Beruntung, saat kejadian pembelajaran di sekolah selesai dan semua siswa pulang.
Baca Juga: Atap Kelas Ambruk, Dispendik Jember Klaim Musibah Nilai Positif
Tertinggal hanya dua orang pelatih dan dua guru yang masih ada di lokasi sekolah. "Tau-tau ada suara keras. Saya cepat-cepat keluar. Ternyata atap kantor sudah ambruk dan puing-puing berserakan di lantai," ujarnya.
Setelah kejadian ambruk, lanjut Fudin, pihak sekolah melaporkan peristiwa itu ke pengawas MI di Kecamatan Jetis. Pengawas MI kecamatan pun mendatangi lokasi enam hari usai atap ruangan ambruk. Yakni pada 10 November 2021.
Kondisi semakin parah, usai Minggu, 14 November 2021 hujan deras kembali mengguyur wilayah Kabupaten Mojokerto. Hingga membuat lantai air tergeneng air hujan, atap rusak pun semakin bertambah ke ruang perpustakaan.
Baca Juga: Puting Beliung
"Sudah dilaporin ke pengawas MI dari kecamatan, terus ke sini tanggal 10 kemarin. Habis itu dilihat sama difoto, dikirim ke Kemenag. Tapi dari Kemenag belum ada yang datang," ucapnya.
Untuk membuat keinginan siswanya kembali menerima pembelajaran di dalam kelas yang layak. Pihak sekolah sempat membuka donasi ke para wali murid, guru-guru, dan warga sekitar untuk pembangunan atap. Hanya saja, hingga saat ini uangnya tidak cukup. Lantaran, siswa-siswa tersebut berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah.
"Iya sempat donasi, swadaya ke wali murid, guru-guru dan warga setempat. Tapi tidak cukup, jadi anak-anak kelas V dipindah ke ruang komputer dan kelas VI ke teras," katanya.