Logo

55 Guru Bahasa Inggris di Ponorogo Kembali Menerima TPP

Reporter:,Editor:

Senin, 12 August 2019 10:25 UTC

55 Guru Bahasa Inggris di Ponorogo Kembali Menerima TPP

Ilustrasi. [pxhere]

JATIMNET.COM, Ponorogo – Setelah menanti hampir selama dua tahun, Tunjangan Tambahan Penghasilan (TPP) untuk 55 guru mata pelajaran Bahasa Inggris Sekolah Dasar (SD) akhirnya bisa cair.

Tidak bisa cairnya TP guru Bahasa Inggris sebelumnya terjadi karena penghapusan mata pelajaran (mapel) Bahasa Inggris dan diganti dengan muatan lokal Bahasa Jawa.

Dihapusnya mapel tersebut membuat guru Bahasa Inggris tidak bisa memasukkan data pada data pokok pendidikan (dapodik) yang menjadi syarat utama untuk memperoleh TPP.

BACA JUGA: Bukit Pringgitan, Tempat Keren untuk Nikmati Ponorogo di Malam Hari

“Adanya perubahan kurikulum dan peraturan gubernur membuat dihapusnya mata pelajaran Bahasa Inggris,” kata Kepala Bidang Pembinaan Ketenagakerjaan Dinas Pendidikan (Dindik) Ponorogo Sarjono, Senin 12 Agustus 2019.

Sarjono menjelaskan dengan terbitnya aturan tersebut, waktu itu ada solusi guru mapel Bahasa Inggris diharuskan mempunyai ijazah Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) agar bisa masuk pada dapodik.

“Akhirnya ramailah teman-teman guru ini kembali kuliah PGSD,” ujarnya.

Namun, masalah kembali muncul ketika beberapa guru yan gkembali kuliah lulusnya telat dan aturan tersebut sudah tidak berlaku. Padahal saat ini guru tersebut sudah mengantongi ijazah PGSD.

BACA JUGA: Kenduri Besar Sebagai Wujud Syukur Warga Bedingin

Dinas Pendidikan (Dindik) Ponorogo akhirnya berupaya memperjuangkan nasib guru mapel Bahasa Inggris agar bisa mendapatkan TPP dengan cara mengusulkan kepada Kemendikbud agar guru Bahasa Inggris yang sudah memiliki ijazah PGSD bisa dicairkan TPPnya.

“Akhirnya terhitung Januari tahun ini (2019), TPP bisa dibayarkan,” ujarnya.

Namun untuk TPP selama dua tahun sebelumnya tetap tidak bisa dicairkan, sehingga hanya TPP yang terhitung mulai Januari 2019 yang diterima oleh guru Bahasa Inggris, dan pada bulan Juli 2019 TPP mulai disalurkan ke 55 guru tersebut.

“Itu yang dua tahun hilang, ini bukan hanya di Ponorogo tapi nasional,” pungkasnya.