Logo

Warga Surabaya Antusias Tes Covid-19, Persentase Reaktif Cukup Tinggi

Reporter:,Editor:

Sabtu, 06 June 2020 11:40 UTC

Warga Surabaya Antusias Tes Covid-19, Persentase Reaktif Cukup Tinggi

RAPID TEST. Warga Surabaya antusias mengikuti rapid test dan tes swab massal yang diadakan Pemkot Surabaya dibantu BIN, Sabtu, 6 Juni 2020. Foto: Pemkot Surabaya

JATIMNET.COM, Surabaya – Pelaksanaan rapid test dan swab massal yang diadakan Pemkot Surabaya dibantu Badan Intelijen Negara (BIN) memasuki hari kesembilan, Sabtu, 6 Juni 2020. Antusias warga mengikuti pemeriksaan kesehatan ini rupanya begitu besar. Hal ini bisa terlihat pada setiap pelaksanaan dan warga selalu berbondong-bondong datang bersama keluarga.

Seperti yang berlangsung hari ini. Pelaksanaan rapid test dan swab gratis berlangsung di dua lokasi yakni Terminal Bus Pariwisata Religi Ampel di Jalan Pegirian dan Kantor Kecamatan Kenjeran.

Dari pantauan di lokasi, sejak pukul 07.00 WIB, rapid test di Terminal Bus Pariwisata Religi Ampel berlangsung tertib. Sebelum dilakukan pemeriksaan, warga diarahkan duduk di kursi antrean yang telah disiapkan. Pagar pembatas dipasang untuk mengatur akses keluar masuk warga yang akan diperiksa. Sebelum diperiksa, warga diwajibkan mencuci tangan di wastafel yang telah disiapkan.

BACA JUGA: BIN Bantu Pemkot Surabaya Tes Cepat dan Swab Massal

Petugas Linmas, Satpol PP, Polri, dan TNI juga bersiaga di lokasi. Mereka bertugas mengatur dan mengarahkan warga yang datang agar tetap menerapkan protokol kesehatan dan menjaga jarak.

Salah satu warga yang mengikuti rapid test gratis ini adalah Kartini, 69 tahun. Warga Kelurahan Simokerto, Kecamatan Simokerto ini datang bersama anak dan menantunya.

"Tadi sudah dites hasilnya negatif," kata Kartini saat ditemui di lokasi.

Meski telah memasuki usia di atas 65 tahun, ia masih terlihat sehat dan bugar. Bahkan, ia mengaku masih bekerja untuk mengisi aktivitas sehari-harinya.

"Senang ada tes ini karena bisa tahu kondisi kesehatan saya seperti apa. Tadi saya posisi kerja, ini izin sebentar," ia menerangkan.

Kartini mengaku sangat antusias mengikuti rapid test gratis ini. Tak lupa, ia juga bersyukur dan berterima kasih kepada BIN karena telah peduli terhadap kondisi kesehatan warga Surabaya.

"Matur nuwun (terima kasih), dengan tes ini saya bisa tahu kondisi kesehatan saya," katanya.

BACA JUGA: BIN Bantu 120 Ribu Masker non Medis untuk Surabaya

Sementara itu, Wakil Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya Irvan Widyanto mengatakan hari ini merupakan hari kedua pelaksanaan rapid test dan swab massal di Terminal Bus Pariwisata Religi Ampel.

Hingga pukul 11.30 WIB, ada 429 orang yang sudah dites dan sebanyak 63 orang atau sekitar 14,7 persen dinyatakan reaktif. Sementara non reaktif 366 orang.

“Sedangkan yang di Kenjeran (hingga pukul 11.30 WIB) totalnya 302 orang. Dan dinyatakan reaktif 76 orang atau 25,2 persen. Sedangkan non reaktifnya ada 226 orang,” kata Irvan.

Menurutnya, angka reaktif di atas 10 persen itu berarti upaya yang dilakukan telah masif. Sehingga dari hasil itu dapat diketahui kondisi yang ada di dua wilayah tersebut.

“Ini sudah langkah yang on the track, sehingga kita bisa tahu betul kondisi yang ada di dua wilayah ini,” tuturnya.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Perlindungan Masyarakat (BPB Linmas) Surabaya ini juga mengungkapkan kemungkinan besar test yang digelar BIN ini bakal diperpanjang hingga satu minggu ke depan. Langkah ini dilakukan sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19 di Surabaya. Sedangkan untuk lokasinya bakal diutamakan di wilayah pemukiman yang dinilai ada pandemi.

BACA JUGA: Tren Sembuh Pasien Covid-19 di Surabaya Meningkat

“Kita ada 34 klaster pemukiman, yang kita utamakan di klaster-klaster itu. Dari pelaksanaan hari kesembilan ini sudah menjangkau di sebagian besar klaster itu,” ia memaparkan.

Bagi warga yang hasil rapid test-nya reaktif, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya langsung melakukan tracing (pelacakan) dan pendataan serta mengarahkan warga untuk isolasi.

Jika kondisi rumahnya tidak layak untuk isolasi, pemkot menyediakan tempat di hotel. Namun jika rumahnya layak isolasi, mereka diminta isolasi mandiri dengan pemantauan Puskesmas setempat.

“Isolasi mandiri bukan hanya diawasi teman-teman pemerintah kota, TNI dan Polri, tapi sekarang diawasi juga warga sendiri dengan terbentuknya Kampung Wani,” ia menjelaskan.