Logo

Warga Ngrayun Ponorogo Kesulitan Mendapatkan Bibit Pohon Pinus

Reporter:,Editor:

Sabtu, 21 September 2019 03:06 UTC

Warga Ngrayun Ponorogo Kesulitan Mendapatkan Bibit Pohon Pinus

GETAH: Warga Desa Selun mengambil getah pinus. Foto: Gayuh.

JATIMNET.COM, Ponorogo – Pemberdayaan pohon pinus di Desa Selur, Kecamatan Ngrayun, Kabupaten Ponorogo terkendala dengan ketersedian bibit pohon pinus yang sulit didapat. Pohon pinus yang saat ini dimiliki warga adalah bantuan dari perhutani sejak tahun 90-an dan 2000-an awal.

“Selain perhutani tidak ada yang menyediakan dan menjual bibit pinus,” kata Ketua Kelompok Tani Hutan (KTH) Agra Lestari Desa Selur, Mulyono.

Mulyono menuturkan warga bisa mendapatkan bibit pinus jika memang ada sisa dari perhutani saat ada penanaman bibit pada hutan milik perhutani. Sehingga saat ini pihaknya juga sedang berusaha untuk membuat ketersediaan bibit pinus sendiri.

“Harapannya ada bantuan bibit pinus untuk ditanam kembali, saat ini kami kesulitan untuk mencari bibitnya,” pungkasnya.

BACA JUGA: Ketenangan Beribadah Lintas Agama di Hutan Pinus

Mulyono menerangkan jika KTH Desa Selur saat ini memberdayakan seluruh masyarakat terutama bagi pemilik pohon pinus yang ditanam oleh masyarakat di hutan rakyat untuk diambil getahnya atau disadap. Padahal sebelumnya pohon pinus yang ditanam oleh masyarakat dijual sebagai kayu gelondongan.

Pada awalnya ia merasa kesulitan untuk merubah mindset masyarakat untuk memanfaatkan pohon pinusnya agar diambil getahnya saja. Padahal dengan diambil getahnya saja dengan hitungan beberapa tahun hasilnya sudah setara dengan harga satu batang pohon.

“Pohon pinus yang dijual sebagai kayu gelondongan biasanya berumur delapan tahun ke atas, padahal jika diambil getahnya bisa sampai disadap sampai umur 50 tahun lebih,” terangnya.

Dengan memberdayakan masyarakat untuk mengelola hutan rakyat utamanya pemeliharaan pohon pinus dengan diambil getahnya saja juga turut menjaga akan terus tersedianya sumber air bagi warga pegunungan.

BACA JUGA: Hutan Pinus Perhutani Jadi Objek Wisata

“Jika pohon-pohon pinus dengan umur sekitar 10 tahun sudah ditebang saya takutkan jika musim kemarau nantinya kita akan lebih kesulitan sumber air,” ujarnya.

Dengan beralihnya kegunaan pohon pinus untuk disadap getahnya juga menambah penghasilan bagi masyarakat sekitar. Saat ini KTH Agra Lestari juga telah berkerjasama dengan salah satu pihak swasta untuk menampung hasil getah pinus dengan harga delapan ribu rupiah per kilonya.

Dengan satu pohon pinus untuk diameter 30 sentimeter bisa menghasilkan satu kilogram getah setiap bulannya. Jumlah ini akan terus bertambah seiring semakin besarnya batang pohon pinus.

“Minimal bisa dipanen untuk pertama kalinya saat umur 10 tahun ke atas, setelah itu disadap sampai tiga generasi pun bisa,” imbuhnya.

BACA JUGA: Tanam Mangrove, Risma Berharap Turunkan Suhu Surabaya hingga 18 Derajat Celsius

Siapa sangka KTH Agra Lestari Desa Selur bisa menjadi nomor dua terbaik nasional dari lomba yang diadakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) kategori KTH.

Mulyono juga tidak menyangka jika KTH yang dikelola oleh seluruh warga desanya bisa menjadi terbaik kedua nasional. Terlebih KTH yang ia kelola bersama warga lainnya ini baru berjalan dua sampai tiga tahun.

“Kami bisa menjadi terbaik kedua nasional karena di kelompok kami merupakan gabungan dari berbagai kelompok kecil mulai dari ibu-ibu petani sampai bahkan peternak yang saling bersinergi untuk menjaga hutan dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Desa Selur,” Kata Mulyono, Sabtu 21 September 2019.