Minggu, 25 August 2019 03:23 UTC
Wakil Wali Kota Surabaya, Whisnu Sakti Buana. Foto: Dok
JATIMNET.COM, Surabaya – Rencana pembangunan subway atau kereta bawah tanah diperkirakan lama bisa diwujudkan di Surabaya. Pasalnya pemerintah kota butuh kajian untuk mengimplementasikan konsep yang disesuaikan dengan struktur geologi.
Wakil Wali Kota Surabaya Whisnu Sakti Buana mengakui kajian ahli ini sangat penting untuk memastikan jalur yang aman untuk dilewati kereta bawah tanah. “Kami akan tindaklanjuti kalau feasibility study-nya (studi kelayakan) selesai,” ujar Whisnu, Sabtu 24 Agustus 2019.
Ia menilai, kajian tersebut penting mengingat Surabaya juga dilalui dua patahan. Para ahli menyebut, ada dua patahan yang melintasi kota pahlawan. Pertama adalah sesar Surabaya mulai Keputih hingga Cerme dan sesar Waru mulai Rungkut sampai Jombang.
BACA JUGA: Pemkot Surabaya Segera Realisasikan Angkutan Kereta Bawah Tanah
Berdasarkan penelitian terbaru Pusat Studi Gempa Nasional, Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) 2017, wilayah Jawa Timur terdapat patahan aktif. Kondisi tersebut berpotensi menimbulkan gempa bumi mencapai magnitudo 6,5 Skala Richter (SR).
Whisnu menambahkan, semua kajian itu dianggap penting untuk menentukan jalur-jalur yang aman untuk dilewati kereta bawah tanah. “Rutenya harus kami sesuaikan, harus dikaji lagi,” ungkapnya.
Selain itu, lanjut politisi PDI Perjuangan ini kajian juga dibutuhkan untuk menata sistem transportasi secara keseluruhan. Termasuk menggandeng angkutan umum konvensional sebagai feeder atau angkutan pengumpan.
BACA JUGA: Ini Masukan Ahli Geologi ITS Tentang Pembangunan Subway
Nantinya, angkutan umum yang menjadi feeder harus terhubung dengan subway. Harapan lain agar angkutan umum bisa melayani hingga ke kampung-kampung.
Dengan begitu tidak ada lagi angkutan umum yang sepi. Tidak seperti saat ini yang banyak keluhan karena harus bersaing melawan ojek dalam jaringan (daring).
“Rutenya akan kami ubah masuk ke kampung. Rute ini nantinya gratis karena dibiayai ABPD. Ke depan angkutan kota diharapkan bisa lebih hidup, karena pergerakannya dihitung per kilometer per jam, sehingga masyarakat tidak menunggu lama,” tandasnya.