Jumat, 18 October 2019 12:20 UTC
EVAKUASI POPOK. Tim BEP mengevakuasi sampah popok bekas dari dasar Sungai Curah Cerung di Dusun Mojoranu, Desa Sawo, Kecamatan Kutorejo, Mojokerto, Jumat 18 Oktober 2019. Foto: Karina Norhadini
JATIMNET.COM, Mojokerto – Tumpukan sampah popok bekas terlihat menggunung di dasar Sungai Curah Cerung, Dusun Mojoranu, Desa Sawo, Kecamatan Kutorejo, Kabupaten Mojokerto, Jumat 18 Oktober 2019.
Setiap pagi, sebagian ibu-ibu yang memiliki bayi di desa setempat hampir tak pernah absen berhenti di tepi sungai, untuk membuang puluhan popok bekas pakai yang dibungkus dengan kantong plastik.
Bau busuk pun tak bisa dihindari indra pencium. Bahkan, hingga radius 100 meter, bau busuk masih menusuk hidung ketika melintas di kawasan itu.
Tak adanya tempat pembuangan sampah atau kontainer khusus popok disinyalir menjadi penyebab warga memilih jalan pintas dengan membuang sampah ke sungai.
BACA JUGA: Tumpukan Popok Bekas Dievakuasi dari Dasar Sungai Kuwangen Mojokerto
Hal ini diakui warga Dusun Sawo, Ernobudi (45) yang mengungkapkan bahwa sampah-sampah yang menumpuk di sungai yang kedalamannya mencapai enam meter ini merupakan hasil pembuangan sampah warga setempat dan juga dari luar dusunnya.
"Dari dulu warga sini maupun luar buang sampahnya di sini (Sungai Curah Cerung). Biasanya buang pas jam kerja, naik motor terus berhenti di jembatan, langsung buang gitu saja," ungkap laki-laki yang sudah tiga belas tahun tinggal di Dusun Sawo ini.
Sebenarnya, kata dia, belakangan ini warga dusun setempat sudah menyadari adanya program bank sampah yang terbentuk. Namun, mereka masih kebingungan terkait pengelolaan sampah yang tidak diterima bank sampah, seperti sampah popok bekas dan sampah basah.
BACA JUGA: Warga Mojokerto Terapkan Sanksi Sosial dan Materiil Bagi Pembuang Sampah di Sungai
"Warga juga sudah menyadari adanya bank sampah dan pemilahan sampah anorganik seperti plastik, kaca, dan botol. Tapi yang tak diterima bank sampah ya dibuang ke sungai," ungkapnya.
Ia khawatir dampaknya pada musim hujan nanti seperti banjir. Kemudian polusi udara ketika sampah-sampah tersebut dibakar. "Ssudah tiga tahun terakhir dusun di bawah sini banjir. Kalau bisa jangan sampai ada banjir lagi biar tidak saling menyalahkan," papar Erno.
Erno berharap Pemerintah Kabupaten Mojokerto melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Pekerjaan Umum menangani persoalan sampah di desanya seperti pengadaan kontainer popok atau tempat sampah di rumah-rumah warga. “Butuh TPS agar warga tidak buang sampah ke sungai,” ujarnya.
BACA JUGA: 1.024 Popok Terapung di Mojokerto, Pemkab Diminta Sediakan Kontainer Khusus
Tumpukan sampah popok bekas di sungai tersebut mendapat perhatian Tim Brigade Evakuasi Popok (BEP). Sejumlah aktivis lingkungan ini pun mengevakuasi tumpukan popok bekas dari dasar sungai.
"Kami menemukan puluhan kuintal sampah popok dari berbagai merk, seperti momy poko, sweety, bahkan tanpa merk. Harusnya pemerintah bertanggung jawab menyediakan tempat pembuangan sampah, khususnya kontainer popok," tegas Prigi Arisandi, Direktur eksekutif Ecoton sekaligus penggerak BEP.