Logo

Tsunami Diduga Longsoran Bawah Laut dan Erupsi Anak Krakatau

Reporter:,Editor:

Minggu, 23 December 2018 09:29 UTC

Tsunami Diduga Longsoran Bawah Laut dan Erupsi Anak Krakatau

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho.

JATIMNET.COM, Yogyakarta – Gelombang Tsunami Anyer-Lampung yang terjadi Sabtu 22 Desemnber 2018 malam yang mengakibatkan ratusan korban jiwa dan kerusakan rumah. Peristiwa tersebut diakui Badan Nasional Penanaganan Bencana (BNPB) sebagai bencana yang diduga disebabkan aktivitas Gunung Anak Krakatau.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan bahwa Tsunami Anyer-Lampung merupakan peristiwa yang terjadi karena longsoran Gunung Anak Krakatau serta erupsinya bersamaan dengan gelombang pasang bulan purnama

“BMKG telah melalukan analisis kemungkinan penyebabnya karena longsoran akibat aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau, yang bersamaan dengan gelombang pasang bulan purnama,” kata Sutopo saat memberikan keterangam pers di gedung BPBD Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta, Minggu 23 Desember 2018.

BACA JUGA: Penjelasan Ahli Soal Tsunami Di Selat Sunda

Ia menambahkan bahwa tsunami yang terjadi tidak diketahui secara pasti. Bahkan tidak ada tanda-tanda gempa, dan tidak terdeteksi yang pada saat bersamaan peringatan dini (early warning system/ EWS) tidak berfungsi.

“Dua kombinasi yang dibangkitkan longsoran bawah laut karena aktivitas Gunung Anak Kratau. Pada saat itu juga tidak ada gempa, baik lokal maupun di Samudera Hindia,” terangnya.

Sutopo mengatakan sejauh ini teknologi sistem peringatan dini yang disebakan karena longsoran bawah laut dan aktivitas gunung memang belum ada.

Sejauh ini BNPB dan BMKG kesulitan mendeteksi sekaligus menyampaikan kepada publik dengan cepat atas kejadian tsunami yang terjadi di Anyer-Lampung.

BACA JUGA: Jumlah Korban Tsunami Selat Sunda Terus Bertambah

Sementara itu, korban tsunami di Selat Sunda yang menerjang Kabupaten Serang, Pandeglang, dan Lampung Selatan mencapai 168 jiwa. Sebanyak 745 orang mengalami luka-luka dan 30 orang dinyatakan hilang.

Sutopo Purwo Nugroho menginformasikan sekitar 558 unit rumah rusak berat serta sembilan hotel rusak berat, kemudian 60 warung rusak dan 350 kendaraan roda dua dan empat juga rusak.

"Jumlah ini akan terus bertambah mengingat belum semua wilayah didata,” kata Sutopo saat jumpa pers di Gedung BPBD DIY, Minggu 23 Desember 2018.

Menurut Sutopo, pemerintah bersama TNI dan Polri serta relawan sedang melakukan evakuasi di Serang, Pandeglang, dan Lampung Selatan.