Logo
Jumlah korban meninggal mencapai 62 orang.

Jumlah Korban Tsunami Selat Sunda Terus Bertambah

Reporter:

Minggu, 23 December 2018 04:24 UTC

Jumlah Korban Tsunami Selat Sunda Terus Bertambah

Dampak tsunami yang menerjang Selat Sunda, Sabtu 22 Desember 2018 malam. Foto: BNPB

JATIMNET.COM, Surabaya – Jumlah korban tsunami di Selat Sunda terus bertambah. Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pukul 10.00 WIB menyebutkan jumlah korban meninggal mencapai 62 orang. Korban luka-luka berjumlah 582 orang serta 20 orang dinyatakan hilang.

“Data ini akan terus bergerak mengingat belum semua wilayah dapat didata,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, Minggu 23 Desember 2018.

Menurutnya, penanganan bencana tsunami di Selat Sunda terus dilakukan. Mengenai dampak kerusakan, tercatat 430 unit rumah rusak berat serta 9 unit hotel rusak berat dan 10 kapal rusak berat.

BACA JUGA: Anggota Seventeen Menjadi Korban Tsunami

Daerah paling terdampak parah berada di Pandegalang sepanjang kawasan wisata pantai dan permukiman dari Teluk Besung, Sumur, Teluk Laga, Panimbang, dan Carita. “Saat ini sedang dilakukan survei dengan helikopter untuk pemetaan lewat udara.

Sebelumnya, BMKG telah menyampaikan secara resmi bahwa tsunami telah terjadi dan menerjang beberapa wilayah pantai di Selat Sunda, di antaranya di pantai di Kabupaten Pandeglang, Serang, dan Lampung Selatan. Tsunami terjadi pada 22/12/2018 sekitar pukul 21.27 WIB.

Dalam keterangan tertulis BMKG, tsunami bukan dipicu oleh gempabumi. Tidak terdeteksi adanya aktivitas tektonik. Kemungkinan tsunami terjadi akibat longsor bawah laut karena pengaruh dari erupsi Gunung Anak Krakatau. Pada saat bersamaan terjadi gelombang pasang akibat pengaruh bulan purnama. Jadi ada kombinasi antara fenomena alam yaitu tsunami dan gelombang pasang.

Badan Geologi mendeteksi pada pukul 21.03 WIB Gunung Anak Krakatau erupsi kembali dan menyebabkan peralatan  seismograf setempat rusak. Namun seismik Stasiun Sertung merekam adanya getaran tremor terus menerus (tidak ada frekuensi tinggi yang mencurigaikan).

BACA JUGA: Ini Penyebab Gelombang Pasang Sabtu Malam

Kemungkinan material sedimen di sekitar Anak Gunung Krakatau di bawah laut longsor sehingga memicu tsunami. Dampak tsunami menerjang pantai di sekitar Selat Sunda. Dampak tsunami menyebabkan korban jiwa dan kerusakan.

Sementara itu, Kepala Pusat Gempa Bumi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Rahmat Triyono menjelaskan, mengenai tsunami yang menerjang Pandeglang, Serang dan Lampung Selatan pada Sabtu (22/12), ia mengatakan bahwa penyebabnya masih diteliti oleh Badan Geologi.

Siaran Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di laman resminya menyebutkan bahwa pusat vulkanologi merekam adanya gempa tremor menerus dengan amplitudo overscale 58 milimeter dan letusan Gunung Anak Krakatau pada Sabtu (22/12) pukul 21.03 WIB, namun masih mendalami kaitannya dengan tsunami yang terjadi di Selat Sunda.

Gunung Anak Krakatau pada 22 Desember 2018 teramati mengalami letusan dengan tinggi asap berkisar antara 300 sampai dengan 1.500 meter di atas puncak kawah.

Menurut PVMBG getaran tremor tertinggi yang terekam terjadi sejak bulan Juni tidak menimbulkan gelombang air laut bahkan hingga tsunami. Material lontaran saat letusan yang jatuh di sekitar tubuh gunungapi masih bersifat lepas dan sudah turun saat letusan ketika itu.

Untuk menimbulkan tsunami sebesar yang terjadi di sekitar Selat Sunda pada Sabtu, menurut pusat vulknaologi, perlu ada runtuhan yang cukup besar yang masuk ke dalam kolom air laut, dan untuk merontokkan bagian yang longsor ke bagian laut diperlukan energi yang cukup besar, dan ini tidak terdeteksi oleh seismograf di pos pengamatan gunungapi.